Bisnis.com, SYDNEY – Kendati perekonomian global tengah terdampak risiko ketegangan geopolitik Ukraina dan Irak, negara-negara yang tergabung dalam G20 tidak akan menurunkan target tambahan pertumbuhan 2%.
Hal tersebut disampaikan Bendahara Negara Australia, Joe Hockey, yang menginisiasi pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 akhir pekan ini.
“Ini memang target ambisius. Dengan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan, target tambahan pertumbuhan 2% tidak akan mustahil dicapai,” kata Hockey di Sydney, Selasa (16/9/2014).
Sejumlah ekonom mengungkapkan keraguannya atas kemampuan negara-negara G20 mencapai target tambahan 2% dari laju pertumbuhannya saat ini. Pasalanya, selain kondisi geopolitik dunia yang belum kondusif, negara rekan dagang utama G20, China, juga mengalami perlambatan pemulihan.
Di sisi lain, Australia sendiri tumbuh melambat pada kuartal II lalu, berekspansi 0,5% (quarter-to-quarter) setelah tumbuh 1,1% pada kuartal sebelumnya, terdampak oleh penguatan mata uang sementara harga komoditas melemah.
“Tantangan terbesarnya adalah perasaan cepat puas. Kebijakan fiskal dan moneter tidak lagi mampu mengakomodasi target tersebut. Negara-negara G20 harus melakukan reformasi negara,” kata Hockey.