Bisnis.com, BEIJING – Data-data ekonomi yang membuka kuartal ketiga menunjukkan perlemahan ekonomi, sekaligus menegaskan dampak negatif perbankan bayangan dan kebekuan sektor properti masih membayangi negara tersebut.
Australia & New Zealand Banking Group Ltd memangkas proyeksi pertumbuhan China kuartal III menjadi rentang 6.5%-7% dari sebelumnya 7,5%. Berdasarkan pantauan Bloomberg, produk domestik bruto (PDB) China pada Agustus naik 6,3% dari bulan yang sama tahun sebelumnya, melambat dari kenaikan 7,4% pada Juli.
Royal Bank of Scotland (RBS)Group Plc memangkas pertumbuhan China 2014 menjadi 7,2% dari sebelumnya 7,6%, merujuk pada publikasi data indikator Negeri Tembok Raksasa selama Agustus.
“Kami harap pemerintah dapat segera mengambil kebijakan untuk mengakomodasi pertumbuhan seperti menggenjot infrastruktur, melonggarkan kebijakan pasar properti, dan menetapkan pelonggaran moneter,” tutur ekonom RBS, Louis Kuijs.
Adapun Barclays Plc turut memangkas proyeksinya menjadi 7,2% dari sebelumnya 7,4%. Pemangkasan ramai-ramai tersebut, menurut ekonom ANZ, Liu Li-Gang merupakan hal normal, mengingat ekonomi China masih menghadapi beberapa risiko.
“Ekonomi bisa tergelincir dari yang dapat PM Li bayangkan jika tingkat pinjaman buruk (non performing loan) naik, dan mengakibatkan bank memangkas alokasi pinjamannya. Ini dapat menyebabkan deflasi dan ekonomi akan jatuh lebih dalam,” jelas Li-Gang.
Sebelumnya, para pengambil kebijakan China secara implisit menyatakan siap jika negara tersebut tumbuh tak sampai 7,5%.
Dalam 2 kesempatan berbeda, Li memang sempat menyampaikan ia tidak lagi mempersoalkan apakah target pertumbuhan tersebut tercapai atai tidak selama negara tersebut mampu menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan aktivitas ekonomi yang berorientasi lingkungan.