Bisnis.com, NEW DELHI – Jatuhnya harga minyak dunia harus dimanfaatkan India untuk memangkas subsidi yang berkontribusi besar pada lebarnya defisit anggaran negara tersebut.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Reserve Bank of India, Raghuram Rajan. Ia menjelaskan, minyak mentah Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia, telah jatuh 14% sejak Juni ke level US$96,38 per barel.
Momen perlemahan harga ini, menurut Rajan, mampu menutup lubang bujet negara akibat subsidi. Selama ini, India menjual gas dan minyak tanah di bawah harga produksi untuk membantu 827 juta masyarakat miskin negara itu.
“Kita harus memanfaatkan situasi ini untuk benar-benar menghentikan subsidi diesel. Kita tidak dapat menunggu lagi, situasi dapat berubah dan kita akan terjebak pada program subsidi,” kata Rajan di Mumbai, Senin (15/9).
Menurut pantauan Bloomberg, minyak mentah Brent telah jatuh ke level terendah sejak 2012. Pasalnya, peningkatan produksi terus terjadi, di saat permintaan global mengalami perlemahan.
Jika lubang defisit anggaran negara dapat ditutup, Perdana Menteri Narendra Modi akan mampu memperbaiki kekacauan pengelolaan keuangan publik sekaligus mengendalikan inflasi tertinggi di Asia.
Pendahulu Modi mewariskan subsidi bahan makanan, bahan bakar, dan pupuk yang menanjak hingga 5 kali lipat sejak kebijakan tersebut ditetapkan, mendorong negara tersebut ke level warningoleh Standard & Poor’s.
Ekonom DBS Bank Ltd, Radhika Rao mengatakan penghapusan subsidi merupakan hal yang mungkin dilakukan oleh Pemerintah India, mengingat saat ini patokan harga tengah melemah.
“Harga minyak telah jatuh di bawah level krusial US$100 dan situasi permintaan dan penawaran tidak terlihat membahayakan negara,” kata Rao di Singapura.
Berdasarkan studi Deutsche bank AG, subsidi diesel mengambil porsi 57% dari total subsidi bahan bakar negara tersebut sejak Maret 2013. Jika subsidi dipangkas, Modi diprediksi dapat mengantongi US$17 miliar dan menekan defisit anggaran menjadi 3% terhadap produk domestik bruto (PDB).