Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Pariwisata Banten Makin Terpukul

Pelaku industri pariwisata Provinsi Banten menyatakan penaikan tarif dasar listrik dan harga gas elpiji ukuran 12 kg pada bulan ini memperburuk kondisi industri pariwisata Banten yang telah lama tidak berkembang.
Honda Bikers Day 2013/Miftahul Khoer
Honda Bikers Day 2013/Miftahul Khoer

Bisnis.com, TANGERANG—Pelaku industri pariwisata Provinsi Banten menyatakan penaikan tarif dasar listrik dan harga gas elpiji ukuran 12 kg pada bulan ini memperburuk kondisi industri pariwisata Banten yang telah lama tidak berkembang.

Achmad Sari Alam, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badan Pimpinan Daerah Banten mengatakan penaikan tarif listrik dan gas elpiji 12 kg secara signifikan menggerus keuntungan industri perhotelan ketika tingkat okupansi tidak mencapai 50%.

“Dampaknya memangkas keuntungan. Pelayanan food and beverage menjadi tidak maksimal. Pelaku industri harus mengurangi porsi makanan yan ditawarkan, karena opsi menaikan harga jual justru semakin meningkatkan potensi kerugian,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (14/9/2014).

Dengan semakin ketatnya persaingan industri pariwisata dalam hal ini jasa hotel dan restoran, sejumlah pihak semakin gencar memberikan penawaran khusus dengan harga diskon untuk menarik minat konsumen.

Oleh karena itu, tuturnya, hingga saat ini belum ada pelaku industri perhotelan dan restoran yang berani menaikan harga jual untuk menutupi kerugian yang dialami. Risikonya adalah, ketika manajemen hotel atau restoran menaikan harga, maka konsumen akan beralih pada pilihan yang lain.

Berdasarkan pantau, ujarnya, penaikan harga tarif dasar listrik dan gas elpiji 12 kg sudah menekan pendapatan pelaku industri perhotelan dan restoran hingga 5%. Adapun pelaku industri yang sangat dirugikan atas penaikan kedua komponen ini adalah yang berdomisili di kawasan pariwisata Anyer.

Kendati sejumlah infrastruktur jalan menuju kawasan pariwisata ini telah diperbaiki, ujarnya, namun rendahnya tingkat okupansi di hari kerja, memaksa sejumlah manajemen hotel dan restoran untuk memberikan diskon besar-besaran kepada pengunjung.

Tungki Faisal, General Manager resort Lembah Hijau Bandulu mengatakan dengan rata-rata tingkat okupansi penginapan di kawasan pariwisata Anyer, Serang yang hanya 30%, sejumlah pelaku industri di kawasan ini telah lama mengalami kerugian.

Pasalnya, biaya operasional tidak dapat tertutupi dengan jumlah pengunjung yang sangat sedikit. Oleh karena itu, untuk menekan biaya operasional, lanjutnya, sejumlah manajemen hotel mengurangi tenaga kerja dan memangkas pengeluaran lain yang tidak perlu.

“Akibat penaikan TDL dan gas elpiji, margin keuntungan semakin tipis. Untuk bertahan tidak menaikkan harga jual kepada konsumen saja sudah bagus,” ujarnya.

Perang tarif yang dilakukan oleh sejumlah manajemen hotel di Anyer, ujarnya, terjadi cukup ekstrem pada hari kerja. Untuk menarik minat pengunjung, sejumlah manajemen hotel berani memberikan diskon harga hingga 50%.

Menurutnya, tidak mungkin pelaku industri perhotelan dan restoran di Anyer untuk menaikan harga jual kepada konsumen. Selain itu, kemungkinan untuk menghentikan operasional hotel dan restoran juga semakin meningkatkan kerugian, karena investasi yang dikeluarkan menjadi sia-sia.

Kendati demikian, lanjutnya, persaingan pasar yang semakin ketat memaksa pelaku industri ini untuk semakin inovatif dalam melakukan promosi. Misalnya, pihaknya gencar berpromosi ke pangsa pasar di DKI Jakarta dan Jawa Barat, yang notabene selama ini menjadi mayoritas pengunjung di Anyer.

“Kami gencar berpromosi ke perusahaan-perusahaan untuk memfasilitasi outing. Kendati harga jual yang diberikan jauh di bawah harga normal, namun, jumlah pengunjung yang banyak mampu menutupi kerugian,” tuturnya.

Achmad mengatakan untuk mendapatkan solusi atas kenaikan gas elpiji dan TDL, pemerintah daerah bersama seluruh stakeholder industri pariwisata Banten harus merumuskan kebijakan yang tepat guna mengembangkan industri ini.

Kendati demikian, tuturnya, tidak seluruh pelaku industri perhotelan dan restoran di Banten mengalami kerugian akibat kebijakan pemerintah ini. Tangerang Selatan misalnya, dengan tingkat okupansi hotel yang mencapai 85% per tahun dan cenderung terus meningkat, menjadikan kawasan ini sebagai kawasan terprospektif untuk industri perhotelan.

Untuk diketahui, sesuai Permen ESDM No. 9/2014, pemerintah menerapkan penyesuaian tarif secara otomatis kepada empat golongan pelanggan listrik nonsubsidi mulai 1 Mei 2014 hingga 1 November 2014. Selain itu, berdasarkan  Permen ESDM No. 19/2014, mulai Juli 2014, pemerintah juga mengenakan tarif listrik hingga keekonomian secara bertahap untuk enam golongan pelanggan.

Adapun penaikan harga gas elpiji dilakukan pada 10 September 2014. Harga elpiji tabung 12kg yang sebelumnya senilai Rp92.800 dari Pertamina, kini naik menjadi Rp114.300.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper