Bisnis.com, TOKYO -- Jepang diestimasikan membutuhkan setidaknya 5 triliun yen atau setara US$47 juta untuk menekan dampak negatif kenaikan pajak penjualan, agar negara tersebut tak kehilangan momentum pertumbuhan kuartal III.
Apalagi, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berencana kembali menaikkan pajak penjualan pada tahun depan menjadi 10% dari 8% saat ini, untuk menekan lambungan utang publik negara tersebut.
Berbeda dengan negara tetangganya China yang tidak memiliki intensi untuk mengucurkan stimulus meski analis merekomendasikannya, para pengambil kebijakan
Jepang menyatakan siap untuk pengucuran paket stimulus demi menggerakkan kembali aktivitas ekonomi negara tersebut.
“Perlambatan ekonomi mungkin masih akan terjadi pada kuartal ini. Pemerintah Abe disarankan menyiapkan paket stimulus sebelum kembali menaikkan pajak penjualan,” jelas ekonom Royal Bank of Scotland Group Plc, Junko Nishioka.
Adapun estimasi paket stimulus tersebut naik dari jumlah sebelumnya, yaitu 3 triliun yen. Estimasi dinaikkan menjadi 5 triliun yen setelah melihat buruknya situasi ekonomi Jepang yang anjlok 7,1% pada kuartal II.
Untuk kembali menaikkan pajak penjualan, Abe harus memastikan Jepang tumbuh minimal 1,5% pada kuartal III ini.
“Laju ekonomi kuartal ini merupakan faktor penting untuk memutuskan hal tersebut [kenaikan pajak penjualan],” kata Abe beberapa waktu lalu.