Bisnis.com, PRAHA – Sejumlah negara mulai menunjukkan kekhawatirannya setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat meningkatkan sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Sanksi terbaru itu, yang berlaku dalam satu minggu ini dan akan ditinjau dalam tiga bulan, adalah aksi paling serius atas tindakan Moskow mendukung pemberontakan di Ukraina timur.
Republik Ceko, salah satu negara Eropa tengah dan anggota Uni Eropa, berharap sanksi terbaru itu tidak berimbas kepada perekonomian negara tersebut.
Dilansir Reuters, Perdana Menteri Ceko Bohuslav Sobotka mengatakan mendukung sanksi atas Rusia tersebut namun menekankan aksi lebih jauh tidak diperlukan.
“Adalah baik bagi Republik Ceko bahwa sanksi itu tidak bersifat ekonomi berlapis dan hanya mencakup area terbatas,” kata Sobotka, Rabu (30/7).
Baik Uni Eropa maupun Rusia, katanya, harus bijak dalam menilai apakah perang dagang berlarut-larut ini akan menguntungkan atau hanya akan membuat semacan Tirai Besi ekonomi dan politik baru di perbatasan timur Ukraina.
Bagi Ceko, sebagaimana negara Eropa tengah lainnya, Rusia merupakan salah satu mitra dagang terpenting.
Tahun lalu ekspor Ceko ke Negara Beruang Merah mencapai 116,2 miliar crowns (US$5,67 miliar) atau 3,7% dari ekspor keseluruhan.
Sedangkan nilai ekspor mencapai 5,5% dari total impor. Dari nilai tersebut, hanya sebagian kecil yang mencakup material militer, salah satu cakupan sanksi.
Tirai Besi merupakan istilah pada masa Perang Dingin yang membagi kawasan Eropa antara negara-negara sekutu Amerika dengan Uni Sovyet dan negara satelitnya.
Sebelumnya, dalam pernyataan di Washington, AS, Presiden Barack Obama menolak jika sanksi akan mengarah pada “Perang Dingin baru”. Menurut Obama, sanksi terbatas di sektor perbankan, energi, dan pertahanan itu hanya untuk membuat Rusia tidak mencampuri urusan dalam negeri Ukraina lebih jauh.