Bisnis.com, JAKARTA – Menjelang perayaan Idul Fitri banyak pengeluaran yang harus dipenuhi. Mulai dari zakat, bagi-bagi angpau, membuat kue lebaran, membeli baju baru, hingga kebutuhan mudik bersama keluarga.
Bagi yang bekerja, biasanya mendapatkan Tunjangan Hari Raya dari perusahaan. Namun, jika tidak pintar-pintar mengolahnya bersiaplah menahan napas. Apalagi tahun ini lebaran jatuh pada akhir bulan sehingga perlu kehati-hatian agar tidak membebani pendapatan pada bulan berikutnya.
Konsultan Keuangan dari Quantum Magna Financial Mohammad B Teguh menuturkan, konsumen tidak bisa hanya mengandalkan uang THR semata, tetapi harus membuat anggaran tahunan khusus lebaran yang terpisah dari pendapatan bulanan.
“Dengan begitu, tidak ada alasan tidak ada budget untuk pengeluaran rutin. dan tidak boleh saling sabotase, kalau sudah dibujetin habis, ngga boleh ambil dari bulanan karena khawatirnya akan kehabisan napas dan malah utang lagi,” ujarnya ketika berbincang dengan Bisnis, awal pekan ini.
Menurutnya, pengeluaran tahunan perlu dialokasikan sedari awal sesuai kebutuhan. Jika pun tidak mencukupi, bisa ditutupi dari pendapatan bulanan yang disisihkan selama tiga hingga enam bulan terakhir.
Untuk itu, konsumen perlu mencatat kebutuhan secara tertulis termasuk mengenali hal mana yang termasuk kebutuhan dan yang hanya sekadar keingan. Agar tidak terjebak dengan anggaran yang membengkak, maka perlu membuat skala prioritas.
“Kalau kebutuhan lebih tinggi, bisa dikurangi pengeluarannya dengan membuat skala prioritas sehingga tidak perlu berhutang. Jika berhutang, harus segera dilunasi dan buat perencanaannya,” tuturnya.
Intinya Idul Fitri bukanlah untuk bermewah-mewah. Jangan sampai kita mengeluarkan anggaran berlebihan. Perlu sikap bijak dan disiplin dari setiap masyarakat untuk mengatur keuangan sehingga tidak perlu khawatir mengalami kantong kering alias "kanker" pascalebaran.