Bisnis.com, JAKARTA--Malaysian Airline System Bhd. (MAS), yang mengalami dua kali bencana penerbangan dalam 4 bulan, terancam ditutup sebagai perusahaan publik. Terkait kondisi itu, perusahaan tersebut berencana memaparkan program penyelamatannya di depan perusahaan induk Khazanah Nasional Bhd.
pekan ini, menurut sumber yang dekat dengan maskapai tersebut sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (22/7/2014). Pilihan putusan dari hasil pemaparan itu berkisar dari pengambilalihan Malaysian Airline oleh Khazanah sampai pada penutupan usaha dan mencabut kembali pencatatan bursa, menurut satu sumber itu.
Meski Malaysian Airline menyatakan masih fokus pada para korban dan keluarga mereka setelah MH17 ditembak jatuh pakai rudal oleh pemberontak Ukraina 2 hari lalu, namun kehilangan 537 nyawa dan dua pesawat sejak Maret membuat perusahaan itu sulit untuk menjalankan usahanya. Bahkan sebulan sebelum bencana terakhir, Khazanah memperkirakan perusahaan yang tengah sekarat itu hanya mampu bertahan dalam 1 tahun.
“Mereka sudah tak punya waktu lagi. Tak pernah ada sebuah maskapai yang mengalami 2 kejadian monumental dalam 4 bulan,” ujar Mohshin Aziz, analis Malayan Banking Bhd. (MAY).
Saham Malaysian Airline, yang berstatus tahan atau jual oleh 15 analis, telah anjlok 35% di bursa Kuala Lumpur tahun ini. Khazanah tercatat menguasai 69,4% saham maskapai itu.