Bisnis.com, JAKARTA--Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra mengaku saat ini tidak terlalu tertarik pada politik praktis dan mencoba untuk lebih fokus pada dunia seni.
Pernyataan tersebut diungkap Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang tersebut melalui akun resmi Twitter @Yusrilihza_Mhd pada Rabu (16/7/2014).
“Saya malah lebih menikmati seni, film, arsitektur dan musik tradisional. Semua menggugah gairah kehidupan,” katanya.
Dia mengatakan, politik hanyalah salah satu segmen dari kehidupannya, karena terdapat bidang lain yang masih banyak diminatinya seperti dunia intelektual, hukum, seni dan beberapa bidang lainnya.
“Ibarat orang menunaikan haji, ada wukuf di Arafah, maka saya juga sedang "mawquf" dari dunia politik. Ngurusin film aja dulu,” katanya.
Seperti diketahui, Yusril masuk nominasi aktor terbaik katagori Best Lead Actor in a Foreign Language Film di Festival Film Madrid 2014. Yusril bermain di film Legend of the East yang bercerita tentang seorang pelayang bernama Zheng He alias Cheng Ho.
Yusril mengatakan dirinya tidak pernah ngotot untuk menduduki sebuah jabatan dalam berpolitik. Meskipun, katanya, pada 1998 dirinya sudah pernah resmi jadi calon presiden dalam Sidang Umum MPR dengan menyatakan mundur.
Dalam politik, kata Yusril, ada orang yang akan berbuat apa saja demi sebuah jabatan politik, dan dirinya mengaku tidak untuk memburu sebuah jabatan itu. “Jabatan itu beban, bukan kenikmatan. Saya tidak menikmatinya,” kata Yusril.
“Karena saya anggap beban, maka makin cepat beban itu diselesaikan akan lebih baik. Lalu kembali menjalani hidup seperti orang biasa,” tambahnya.
Yusril mengklaim, keterlibatan dirinya dalam politik lantaran hanya untuk mencapai satu tujuan, yakni memperbaiki kondisi bangsa dan negara agar lebih maju dan lebih baik.
“Kalau bukan karena itu, saya tidak ingin terlibat di dunia politik. Lebih baik jadi intelektual dan seniman yang menikmati kecerdasan dan keindahan,” paparnya.
Dia mengisahkan almarhum ayahnya dulu memiliki jiwa yang tidak jauh beda dengan dirinya yang hidup bagai seniman, intelektual dan sufi. Ayahnya, kata Yusril merupakan aktivis Masyumi, tetapi tidak tergoda kekuasaan.
“Waktu saya muda, saya kurang memahami beliau. Kini ketika saya mulai tua, saya mulai seperti beliau,” tutupnya.