Bisnis.com, JAKARTA– Ekspor Thailand jatuh melebihi i prediksi Mei, mengindikasikan salah satu pilar utama perekonomian Negeri Gajah Putih melemah. Kondisi ini juga menegaskan tugas berat yang harus diemban pihak militer, sebagai pengendali pemerintahan Thailand saat ini.
Laporan yang dirilis Kementerian Perdagangan Thailand pada Kamis (26/6/2014) menunjukkan nilai ekspor yang setara dengan lebih dari separuh PDB Thailand, jatuh 2,14% pada Mei dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pada kuartal I/2014, perekonomian Thailand menyusut 2,1% dari kuartal terakhir 2013.
Pihak kementerian mengatakan ekspor Thailand dalam performa buruk, meski krisis politik tidak melukai aktivitas pabrik dan pelabuhan. Salah satu faktor penyebabnya adalah harga global yang rendah, terutama karet dan gula. Meski telah memasuki bulan kesepuluh, kejatuhan ekspor Thailand tidak menyentuh double digit.
“Ekspor diharapkan segera memulih pada paruh kedua tahun ini, menyusul pemulihan ekonomi global. Saat ini pemulihan eksportelah tampak,” kata salah satu pihak Kemendag di Bangkok sepertii dikutip Reuters.
Pada 22 Mei 2014, tentara Thailand mengambil alih kekuasaan demi pemulihan ketertiban. Militer juga menunjukkan komitmen untuk memulihkan perekonomian Thailand yang babak belur akibat ketegangan politik yang melemehakan permintaan. Tingkat kunjungan wisatawan Thailand pun anjlok. Padahal, sektor wisata merupakan penyokong utama perekonomian Thailand.
Thailand merupakan pusat ekspor regional untuk mobil dan tempat penyimpanan data hard disk. Barang-barang diimpor untuk dirakit, kemudian akan kembali diekspor.
Pada periode Januari-Mei, ekspor berada 1,22% di bawah level pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu. Pada Mei, pengiriman ke Amerika Serikat meningkat 2,8% dan meningkat 11,9% ke Eropa, namun pengiriman ke China jatuh 5,7%.
Ekonom Kasikorn Research Center, Primonwan Mahujchariyawong menyampaikan lembaganya telah memangkas prediksi pertumbuhan ekspor Thailand ke agka 3% dari sebelumnya 5%.