Bisnis.com, BEIJING -- Survei yang dirilis PricewaterhouseCoopers pada Senin (23/6/2014) mengungkapkan China akan memimpin pergerakan belanja global atas proyek modal dan infrastruktur. Sejak 2009, Negeri Tembok Raksasa telah mengambil alih posisi AS sebagai top spender.
Adapun belanja modal dan infrastruktur diperkirakan akan melonjak ke nilai US$78 triliun hingga 2025. Pada 2012, belanja investasi sektor ini mencapai US$4 triliun. Saat ini, belanja modal dan infrastruktur telah berpindah fokus ke Timur.
“Negara-negara berkembang, terutama China dan beberapa negara di Asia akan meningkatkan belanja infrastrukturnya, meski tengah berada dalam proses pemulihan dari krisis finansial,” kata pimpinan bidang proyek modal dan infrastruktur Pricewaterhouse, Richard Abadie.
Adapun Amerika Serikat diharapkan menghabiskan setidaknya US$1 triliun pertahunnya hingga 2025 mendatang, naik rata-rata 3,5% per tahun saat ini.
Ahad lalu, data indeks pembelian manajer pabrik (Purchasing Managers Index) China menegaskan pemulihan ekonomi negara tersebut . Survei yang dirilis HSBC Holdings Plc dan Markit Economics menunjukkan indeks sebesar 50,8 pada Juni, lebih tinggi dari prediksi ekonom yang disurvei Bloomberg, yaitu 49,7. Pada Mei, indeks duduk di level 49,4. Nilai di atas 50 menunjukkan ekspansi.
“Ini adalah nilai yang amat baik. Nilai indeks amat menejutkan, di tengah masyarakat tengah fokus pada investasi struktur dan pasar properti,” kata ekonom Credit Suisse Group AG, Dong Tao di Hong Kong.
Survei yang sama juga menunjukkan peningkatan produksi dan pemesanan produk ke China, jatuhnya saham barang jadi, dan peningkatan perlahan pengangguran.
Indeks saham MSCI Asia Pacific Index meningkat 0,5% pascarilis survei. Dollar Australia meningkat 0,5%, sentuh level tertinggi sejak 10 April.