Bisnis.com, BEKASI—Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Bekasi bakal bertumbangan secara massif seiring dengan rencana kenaikan tarif listrik rumah tangga R-2 dengan daya 3.500 VA-5.000 VA sebesar 5,70% setiap 2 bulan.
Ketua Himpunan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Bekasi (Humkasi) Soleman memaparkan pelaku UMKM saat ini kebanyakan mengeluhkan rencana kenaikan listrik pada awal Juli. Menurutnya, sebagian pelaku UMKM menggunakan daya listrik di atas 2.000 VA guna mendukung proses produksi.
“Kemungkinan pelaku UMKM akan gulung tikar secara besar-besaran jika tarif lsitrik naik. Ini yang harus diperhatikan pemerintah,” papar Soleman saat berbincang dengan Bisnis, Kamis (12/6/2014).
Kemungkinan gulung tikar, kata dia, akan menjadi kenyataan karena kondisi UMKM saat ini kian tertekan dengan melambungnya biaya produksi. Ditambah lagi, sebagian pelaku industri kecil mainan boneka terbebani biaya pengurusan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib untuk produk mainan anak yang mencapai Rp30 juta.
Kondisi tersebut membuat UMKM sebagian mengurangi kapasitas produksi, lantaran para pembeli tidak mau jika diterapkan harga baru atau kenaikan harga atas produk tersebut.
“Sekarang susah. Harga bahan baku sudah naik, tapi pembeli teriak kalau harga naik. Belum lagi pengaruh kenaikan listrik bagi industri rumahan,” terangnya.
Kendala lain yang dihadapi oleh pelaku UMKM di Bekasi, lanjut Soleman, yakni pengisian pulsa listrik atau isi ulang token pada industri rumahan kerap mengalami trouble. Dia mencontohkan, tiap kali pelaku UMKM membeli isi ulang pulsa listrik kerap tidak langsung sehingga membuat produksi terhambat.
“Bayangkan, kita sudah beli pulsa. Namun seringkali terlambat masuknya. Baru 2 jam lebih bisa terisi. Mestinya PLN memperhatikan hal-hal tersebut,” tuturnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyatakan tarif listrik industri golongan I-3 non publik (non-Tbk) rencananya dinaikan sebesar 11,57 %. Tarif baru diusulkan awal Juli dan akan naik setiap 2 bulan sekali.
Dengan langkah itu, kata dia, diperkirakan akan menghemat anggaran untuk subsidi listrik sebesar Rp4,78 triliun.
Selain itu, kata Jero, pihaknya juga mengusulkan kenaikan tarif listrik untuk rumah tangga R-2 dengan daya 3.500 VA - 5.000 VA. Rata-rata kenaikan sebesar 5,70 % setiap dua bulan. Upaya ini juga diperkirakan akan bisa menghemat anggaran sebesar Rp 0,37 triliun.
Sedangkan untuk pemerintah P-2 di atas 200 VA dengan kenaikan rata-ratanya 5,36 persen setiap dua bulan diprediksi penghematannya Rp 0,10 triliun. Sektor yang juga akan di naikan adalah rumat tangga R-1 dengan daya 2.200 kVA, yang akan rata-rata kenaikan 10,43 %. Ini bisa menghemat Rp 0,99 triliun.
Untuk penerangan jalan umum P-3 rata-rata kenaikan sebesar 10,69 % diperkirakan menghemat Rp 0,43 triliun. Terakhir, rumah tangga R-1 dengan daya 1.300 VA rata-rata kenaikan sebesar 11,36 % bisa menghemat Rp1,84 triliun.