Bisnis.com, MANILA—Presiden Filipina Benigno Aquino menuduh China telah melanggar kode etik informal di Laut China Selatan akibat aksi China yang berusaha mereklamasi di area sengketa.
Pada saat yang sama, Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan juga mengklaim sebagian dari wilayah laut China Selatan yang diprediksi memiliki cadangan minyak mentah melimpah itu.
Aktifitas China yang berusaha membangun infrastruktur dan fasilitas pengeboran minyak di lautan dangkal yang disengketakan itu memicu respon keras dari Vietnam dan Filipina. Bahkan, aksi anti-China sempat meletus di Vietnam sebagai aksi protes keras masyarakat Vietnam terhadap perbuatan China itu.
Untuk diketahui, China dengan 10 anggota Asean telah menandatangani kesepakatan pada 2002 untuk menahan diri dari menempati wilayah lautan dangkal yang disengketakan, termasuk tidak membangun infrastruktur yang akan memperumit sengketa tersebut.
“Dalam pandangan kami, yang dilakukan China itu merupakan pelanggaran terhadap kode etik Laut China Selatan. Masalahnya kode etik ini bersifat informal alias tidak mengikat, sehingga kamis mendesak kode etik yang formal untuk mencegah konflik lebih lanjut,” kata Aquino di Manila, Senin (19/5/2014).
Tidak hanya itu, Kementerian Luar Negeri Filipina juga merilis foto-foto aksi reklamasi China di Johnson South Reef, dekat dengan wilayah sengketa yaitu Spratly Islands. China terlihat tengah membangun landasan pacu di Spratly Islands.
Konflik tidak hanya terjadi antara China dengan Filipina saja, tetapi juga dengan Vietnam. Baru-baru ini, kapal militer China dan Vietnam saling menabrak akibat aksi China yang membangun fasilitas pengeboran minyak di Laut China Selatan.
Namun, Pemerintah China menolak keras tuduhan Filipina dengan menyatakan wilayah tersebut adalah teritorial milik China. Sebenarnya, Asean dan China tengah menegosiasikan kode etik formal terkait konflik Laut China Selatan, tetapi hingg kini belum ada kemajuan berarti.