Bisnis,com, BEIJING — Pemerintah China menekankan kesediannya untuk duduk bersama dengan negara Afrika lainnya guna menyelesaikan permasalahan menyusul adanya persengketaan terkait investasi China di Afrika.
“Saya memastikan kepada teman-teman di kawasan Afrika bahwa China tidak akan mempraktekkan kolonialisme seperti yang pernah dialami Afrika dahulu, bahkan kami [China] tidak akan membiarkan kolonialisme muncul kembali di wilayah ini,” kata Li Keqiang seperti yang dikutip oleh Koran lokal Xin Hua, Minggu (4/5/2014).
Perusahaan China telah berinvestasi di Afrika, terutama di sektor infrastruktur, pertambangan, dan energi. Apalagi, pemerintah lokal sendiri berkomitmen untuk meningkatkan akses guna mempermudah distribusi komoditas vital misalnya minyak mentah dan tembaga.
Li, di sela-sela kunjungannya ke Ethiopia, Nigeria, Angola dan Kenya, mengungkapkan perusahaan China yang berada di Afrika harus mematuhi aturan hukum lokal sekaligus bertanggung jawab untuk melindungi kearifan masyarakat lokal.
Tetapi, perusahaan China dituduh telah melakukan ketidakadilan terhadap staf lokal. Sejumlah pekerja perusahaan minyak mentah China di Chad dan Nigeria pada Maret lalu melakukan pemogokan massal untuk memprotes ketidaksetaraaan upah.
Pada 2009, China menggantikan Amerika Serikat sebagai mitra dagang terbesar Afrika dengan jumlah perusahaan China lebih dari 2.500 buah di kawasan tersebut.
Hubungan bilateral perdagangan antara China dan Afrika mencapai US$210 miliar pada tahun lalu, tetapi lagi-lagi Beijing dituduh menahan pembangunan ekonomi di Afrika. Pasalnya, investasi China di Afrika hanya berfokus pada bahan mentah ketimbang penciptaan tenaga kerja lokal dan pasar.
Li juga direncanakan untuk berkunjung ke Angola pada pekan ini. Negara tersebut saat ini merupakan salah satu pemasok minyak mentah terbesar ke China. Pengiriman minyak mentah ke China bahkan meningkat hingga 9,9% menjadi 10,66 juta ton pada kuartal I/2012.