Bisnis.com, WASHINGTON—Negara-negara yang berada di kawasan Amerika Latin kemungkinan harus mengetatkan ikat pinggang seiring dengan kenaikan biaya modal dan merosotnya harga komoditas.
Hal tersebut berisiko mencederai perumbuhan ekonomi kawasan itu dan memaksa pemerintah untuk berupaya lebih keras untuk menggenjot laju perekonomian.
International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Amerika Latin, lebih rendah daripada tahun lalu.
Apalagi, prospek tersebut semakin menguat menyusul perlambatan ekonomi China dan kondisi pengetatan moneter yang dilakukan beberapa bank sentral untuk menghadapi efek negatif normalisasi moneter Amerika Serikat.
IMF sendiri menyebutkan ekonomi kawasan ini akan tumbuh 2,5% tahun ini, mengindikasikan perlambatan berturut-turut selama 4 tahun.
“Amerika Latin jelas-jelas telah keluar dari periode pertumbuhan yang pesat,” kata Alejandro Werner, Kepala IMF Western Hemisphere di Washington, Sabtu (12/4).
Werner mengingatkan kebijakan pengetatan moneter dari negara maju bisa jadi memiliki efek akut, terutama bagi negara berkembang yang memiliki defisit neraca transaksi berjalan yang tinggi, inflasi yang mencekik, dan keterbatasan kebijakan domestik.
Meskipun begitu, sejumlah ekonom menilai negara-negara Amerika Latin umumnya terlah berpengalaman dalam menghadapi tekanan domestik dan krisis global sehingga risiko perlambatan tidak akan terlalu dalam.
Tetapi tentu saja, jika kawasan tersebut tidak melakukan reformasi untuk meningkatkan produktifitas, daya saing, dan investasi, maka risiko untuk terjungkal semakin besar.
“Kita harus tahu bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan terus ditopang oleh kelebihan likuiditas atau murahnya pembiayaan, tetapi juga harus didukung oleh reformasi struktural,” tambah Menteri Keuangan Meksiko Luis Videgaray.
Untuk mengatasi tekanan dari ekonomi dunia, beberapa negara telah berkomitmen untuk melakukan reformasi. Adapun, Meksiko berencana untuk mereformasi perbankan, pajak, dan energi, dan Kolombia mengumumkaan rencananya untuk reformasi fiskal.
Lain lagi dengan pemerintah Chili, negara ini berencana untuk melakukan reformasi besar-besaran di bidang pendidikan. (Reuters/Amanda K. Wardhani)