Bisnis.com, BANDUNG - Pemkab Bandung mengimbau petani untuk menggenjot tanaman kina. Pasalnya, salah satu komoditi agribisnis ini sudah sulit ditemui di dataran tinggi Kabupaten Bandung.
Padahal di zaman Belanda, Indonesia khususnya wilayah Bandung Selatan terkenal dengan tanaman yang juga bisa mengusir Malaria ini.
"Petani dan perkebunan-perkebunan sudah tidak mau menanam lagi, tapi saat ini harga jualnya mulai bagus saya harap para petani dan perkebunan mau menanamnya lagi," kata Dadang M Naser, pejabat Pemkab Bandung, Rabu (9/4/2014).
Terlebih kina menjadi salah satu tanaman yang termasuk dalam lambang Pemkab Bandung. Oleh karena itu, sudah sewajarnya untuk tetap dijaga. Jangan sampai hanya tersisa pada lambang daerah saja.
Dirinya menduga kina masih menjadi tanaman yang dibudidayakan oleh PT Perkebunan Nusantara VIII, daripada dikelola oleh petani rakyat. Diharapkan perusahaan plat merah ini bisa terus melestarikannya.
"Pohon kina yang merupakan tanaman keras, sangat baik untuk penghijauan. Karena dapat menahan erosi," ujarnya
Agar kina bisa dibudidayakan oleh di perkebunan rakyat, dirinya akan mendorong dan melakukan sosialisasi pohon kina. Agar para petani kembali mau menanam dan membudidayakan kembali pohon kina.
"Tanaman kina ini harus kembali digalakan. Karena apabila melihat perkembangan harga saat ini sangat tinggi," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun), Tisna Umaran mengatakan saat ini kina tidak hanya dikenal sebagai obat anti malaria karena sudah ada obat khusus untuk menangani hal itu.
Dengan demikian berdampak terhadap produksi kina itu sendiri, ditambah anjloknya harga jual kulit kina. Selain itu, masa tanam yang mencapai 7 tahun membuat para petani enggan menanamnya kembali.
"Secara ekonomi bagi pemda keberadaan kina tidak memberikan keuntungan apa-apa. Tapi, melihat perkembangan harga tidak menutup kemungkinan itu genjot lagi," ujarnya.