Bisnis.com, MOSKWA—OAO Gazprom naikkan harga ekspor gas ke Ukraina sebesar 44% setelah masa kesepakatan diskon berakhir. Hal ini meningkatkan beban keuangan bagi pemerintah Kiev ketika sedang melakukan negosiasi bailout dengan pihak internasional.
OAO Gazprom mengatakan Ukraina kehilangan haknya untuk pembayaran lebih murah karena telah menumpukan utang lebih dari US$1,7 miliar sejak 2013. Presiden terguling Ukraina Viktor Yanukovych memenangkan negosiasi harga yang lebih rendah pada akhir tahun lalu setelah mendapatkan diskon yang sama pada April 2010.
“Diskon gas yang diberikan pada Desember tidak bisa digunakan lagi. Ukraina telah gagal untuk melunasi utang pada pengiriman gas sebelumnya dan tidak mampu membayar penuh pasokan saat ini,” kata Chief Executive Officer Gazprom Alexey Miller, pada Kamis (3/4/2014).
Pemerintah Rusia mengklaim kesepakatan itu dapat dibatalkan, sehingga, langkah ini menimbulkan kemungkinan bahwa Gazprom perusahaan milik Rusia akan menghentikan penjualan ke Ukraina, yang notabenenya setengah pasokan kebutuhan gas dalam negerinya bergantung dari Rusia.
Gangguan pengiriman ke Eropa setidaknya tercatat sebanyak dua kali sejak 2006, ketika Rusia menghentikan pasokan ke Ukraina selama sengketa harga. Keputusan harga Gazprom muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin berusaha mengurangi ketegangan militer setelah pendudukan Krimea.
Saat ini Ukraina telah menyelesaikan kesepakatan bantuan dengan International Monetary Fund (IMF) serta sedang menunggu bantuan dari Amerika Serikat. Hal itu sangat penting guna keamanan energi Uni Eropa, karena, sekitar 15% pasokan gas ke Eropa melalui jaringan pipa Ukraina.
Pada Januari 2009, sengketa antara Rusia dan Ukraina telah mengganggu pengiriman gas ke Eropa selama 2 pekan di saat cuaca dingin.
“Harga gas kuartal kedua untuk Ukraina akan naik menjadi US$385,50 per 1.000 meter kubik dari US$268,50 pada kuartal pertama,” kata Miller. Menurutnya perkiraan perusahaan, harga rata-rata untuk pelanggan Eropa tahun ini terlihat di kisaran US$370-US$380.