Digeruduk Nasabah GTIS, Ini Sikap Ketua Umum MUI

Ratusan orang yang mengaku nasabah Golden Trader Indonesia Syariah (GTIS) tampak kecewa lantaran Majelis Ulama Indonesia ternyata tidak pernah mengagendakan mediasi.

M. Taufikul Basari - Bisnis.com

Selasa, 18 Maret 2014 | 11:45

Bisnis.com, JAKARTA--Ratusan orang yang mengaku nasabah Golden Trader Indonesia Syariah (GTIS) tampak kecewa lantaran Majelis Ulama Indonesia ternyata tidak pernah mengagendakan mediasi.

Kabar soal mediasi diakui Ridwan, nasabah GTIS asal Jakarta, didapatnya dari situs jejaring Facebook.

Seseorang telah memberitahu bahwa akan dilakukan mediasi antara MUI selaku pemegang saham GTIS dan pemberi sertifikat halal atas produk yang dijual perusahaan tersebut.

"Saya tahu dari Facebook. Ini baru pertama kali saya ke sini [kantor MUI]. Kami mau minta kejelasan uang kami," katanya sambil menenteng map yang berisi bukti investasi dan daftar dana yang nyangkut di GTIS.

MUI sama sekali tidak memiliki agenda untuk melakukan mediasi dengan nasabah GTIS. Beberapa petinggi ormas itu tampak bingung ketika masuk ke kantor dan didapatinya puluhan orang berkumpul di lobi.

"Ada apa ini, kok ada anak-anak juga," kata Din Syamsudin ketika sampai di kantor MUI. Beberapa nasabah kemudian menyampaikan maksud kedatangan mereka sambil menyalami Ketua Umum MUI tersebut.

Din menyatakan tidak ada agenda mediasi, tetapi dia akan memberi waktu perwakilan nasabah GTIS untuk berbicara setelah pukul 13.00 WIB.

Hari ini, katanya, MUI memang ada rapat sehingga petinggi lembaga itu berkumpul di kantor di Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat.

Nasabah GTIS Ridwan menyatakan Din bukan orang yang terkait investasi emas yang mulai bermasalah sejak Februari tahun lalu itu.

Justru, katanya, Ma'ruf Amin yang lebih tahu. Namun, Ma'ruf yang juga datang ke kantor MUI langsung menuju lift.

Kasus investasi emas GTIS mencuat setelah sang pemilik Michael Ong membawa kabur dana nasabah dan hingga kini tidak diketahui rimbanya.

Skema investasi emas tanpa logam fisik telah mendapat sertifikasi oleh MUI sehingga menarik minat banyak orang untuk menanamkan dananya.

"Kalau tidak ada sertifikat halal MUI mana mau saya cemplungkan dana begitu besar. MUI kan juga pemegang saham, jadi dulu kami percayalah," kata Ridwan yang tampak kecewa.