Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gunung Slamet Waspada: Sejak 1772-Sekarang Tak Pernah Memakan Korban Jiwa

Gunung Slamet (3.428 mdpl) di Jawa Tengah status aktivitas vulkaniknya meningkat dari normal atau level I menjadi waspada atau level II sejak 10 Maret 2014 pukul 21.00 WIB.
Gunung kelud, gunung meletus, abu vulkanik/Bisnis.com
Gunung kelud, gunung meletus, abu vulkanik/Bisnis.com

Bisnis.com, YOGYAKARTA - Gunung Slamet (3.428 mdpl) di Jawa Tengah status aktivitas vulkaniknya meningkat dari normal atau level I menjadi waspada atau level II sejak 10 Maret 2014 pukul 21.00 WIB.

Terjadi peningkatan kegempaan dari aktivitas Gunung Slamet sejak 2 Maret lalu. Itu yang menjadi alasan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status dari normal menjadi waspada.

Itu artinya, aktivitas Gunung Slamet yang berada di wilayah Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Brebes, Tegal dan Pemalang tersebut, perlu diwaspadai demi keselamatan semuanya.

Kepala Badan Geologi Surono menyebutkan terjadi peningkatan kegempaan di Gunung Slamet. Peningkatan kegempaan sudah berlangsung sejak 2 Maret 2014 sampai sekarang. Tercatat pada 8-10 Maret 2014 terjadi 441 gempa hembusan, dan sembilan kali gempa vulkanik dangkal.

Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Kepala PVMBG telah melaporkan meningkatnya status Gunung Slamet kepada Kepala BNPB.

Ia mengatakan pihaknya merekomendasikan agar masyarakat atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah Gunung Slamet.

"Rekomendasinya, masyarakat, wisatawan, dan pendaki tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah Gunung Slamet," katanya.

Namun, kata dia, masyarakat diimbau tetap tenang, dan tidak panik. "Tindakan yang perlu dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat adalah penyuluhan, sosialisasi, penilaian bahaya, pengecekan sarana dan pelaksanaan piket terbatas," katanya.

Sebelumnya, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Dinbudparpora) Purbalingga telah menutup sementara jalur pendakian ke puncak Gunung Slamet melalui Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, sejak Senin malam lalu.

Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga Prayitno mengatakan penutupan jalur pendakian tersebut dilakukan atas saran petugas Pos Pengamatan Gunung Slamet di Gambuhan, Kabupaten Pemalang.

Dari catatan aktivitas Gunung Slamet menyebutkan letusan besar terakhir gunung api ini terjadi pada 1988. Kejadiannya pada 12-13 Juli. Ketika itu terjadi semburan abu vulkanik dan lava dari kawah gunung.

Menurut Surono saat masih menjabat Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), secara karakter apabila terjadi letusan besar Gunung Slamet, bahaya utama yang dapat ditimbulkan adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik seperti bom vulkanik, pasir dan abu, serta aliran lava.

"Sebaran jatuhan piroklastik tergantung ketinggian lontaran dan kencangnya angin yang berhembus pada saat terjadi letusan, terutama abu dan pasir," katanya.

Surono mengatakan periode letusan Gunung Slamet tidak menentu. Terkadang aktivitas vulkaniknya menggeliat dalam tempo satu tahun, dengan melontarkan letusan, tapi bisa juga dalam jangka waktu hingga 53 tahun baru meletus lagi.

Namun, kata dia, dari aktivitas vulkanik Gunung Slamet yang terjadi pada 21 April 2009, saat itu dapat saja menjadi siklus 20 tahun gunung tersebut yang kembali melontarkan material vulkaniknya.

Selain pada 1988, gunung api aktif tipe A itu juga pernah bergolak pada Juni, Juli, hingga Agustus 1969. Sebelumnya, terjadi letusan abu dan lava pada Juli, Agustus, dan Oktober 1953. Kejadian yang sama, sebelumnya juga terjadi pada 1 Juli dan 12 September 1932.

Berdasarkan sejarahnya, letusan Gunung Slamet tercatat tidak pernah menyebabkan korban jiwa manusia. Gunung ini pertama kali meletus pada 11 hingga 12 Agustus 1772. Saat itu meletus dan menyemburkan abu vulkanik serta lava pijar. Kemudian gunung ini "istirahat".

Slamet meletus lagi pada Oktober 1825. Ketika itu meletus dengan menyemburkan abu vulkanik. Tahun 1835, yaitu pada September, selama dua hari terjadi letusan abu. Kemudian pada 1847 terjadi peningkatan aktivitas vulkanik. Pada 1 Desember 1849 terjadi letusan abu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper