Bisnis.com, KUALA LUMPUR – Di hari keempat hilangnya pesawat Malaysia Airlines yang membawa 239 penumpang, Selat Malaka menjadi fokus perhatian.
Menurut kalangan militer Malaysia, pesawat Malaysia Airlines yang hilang itu sempat mengubah arah penerbangan dan bergerak ke arah barat di atas Selat Malaka.
Disebutkan bahwa pesawat dengan seri penerbangan MH370 itu menghilang sekitar satu jam setelah tinggal landas dari Bandara Internasional Kuala Lumpur menuju ibu kota China, Beijing.
Peristiwa hilangnya pesawat naas itu diperkirakan terjadi antara tepian timur Laut Malaysia di atas wilayah Kota Bharu dan sebelah selatan ujung Vietnam, pada ketinggian 35.000 kaki atau sekitar 10.670 metres.
Selain melakukan pencarian di laut, pihak kepolisian juga telah menyelidiki latar belangan penumpang atau kru penerbangan tersebut.
Pihak keamanan mempelajari kemungkinan adanya penumpang atau kru yang mengalami masalah kejiwaan yang diperkirakan bisa menjelaskan sebab hilangnya pesawat tersebut.
Pihak kepolisian juga tidak mengabaikan kemungkinan adanya pembajakan, sabotase ataupun gangguan mesin.
Namun, sejauh ini, muncul bantahan soal kemungkinan hilangnya pesawat itu karena aksi terorisme.
Sebelum pesawat itu menghilang dari layar radar tidak ada gangguan sinyal atau pun kontak radio yang mengindikasikan adanya masalah.
Polisi juga tak menemukan adanya data kerusakan pesawat.
Pendeknya, pihak kepolisian polisi telah menempatkan kemungkinan penumpang atau kru pesawat dalam daftar penyebab hilangnya pesawat tersebut.
“Mungkin ada seseorang dalam penerbangan itu yang memiliki asuransi bernilai besar, dan ingin keluarganya mendapatkannya atau bisa saja ada seseorang yang memiliki utang sangat besar, Anda tahu, semua kemungkinan itu kami telusuri,” ujar Kepala Kepolisian Malaysia Khalid Abu Bakar saat berbicara dalam konferensi pers.
“Kami mengamati dengan sungguh-sungguh rekaman video di KLIA (bandara internasional Kuala Lumpur), kami mempelajari setiap pola perilaku penumpang,” tambah Khalid.
Terkait penggunaan paspor palsu, Khalid menyebutkan bahwa salah satu penumpang itu bernama Pouria Nour Mohammad Mehrdad.
Pria ini diketahui berkewarganegaraan Iran dan masih berusia 19 tahun dan merupakan imigran gelap. Sementara penumpang lainnya masih diidentifikasi.
Meski begitu, Khalid membantah dugaan bahwa pria Iran itu bagian dari jaringan teroris.
Menurutnya, pria muda Iran tersebut berupaya untuk bisa masuk Jerman.
“Ibu anak itu menunggu di Frankfurt dan sudah dihubungi pihak berwajib,” ujar Khalid.
Meski begitu, Khalid memastikan bahwa pihak keamanan tidak menisbikan kemungkinan adanya aksi pembajakan.
“Semua kemungkinan kami pelajari hingga kami selesai melakukan penyelidikan,” ujar Khalid.