Bisnis.com, BANDUNG - Populasi peternak sapi perah di Jawa Barat menurun 5% atau sekitar 1.350 peternak dari jumlah sebelumnya 27.135 peternak, akibat terus meningginya biaya produksi.
Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Barat Dedi Setiadi mengatakan berkurangnya jumlah peternak sapi perah di Jabar, terutama dipicu oleh beban produksi yang meninggi karena harga konsentrat yang terus melonjak.
Menurutnya, kontribusi biaya pakan konsentrat terhadap ternak mencapai 70%. “Penurunan peternak lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan yang hanya mencapai 3%. Kondisi ini dipicu harga pakan yang tidak kunjung turun sepanjang 2013 hingga awal 2014,” katanya kepada Bisnis, Senin (24/2).
Dia mengungkapkan para peternak yang bangkrut akhirnya menjual sapi perah mereka untuk dijadikan sapi pedaging atau ke peternak lain, akibat tidak mampu menutupi biaya yang cukup tinggi.
Dedi menyebutkan harga pakan konsentrat yang naik antara lain white polar dari Rp1.800 per kg menjadi Rp2.500 per kg, kopra dari Rp2.200 per kg menjadi Rp3.300 per kg, serta rumput sawit dari Rp1.400 per kg menjadi Rp2.200 per kg.
“Produksi susu bisa bagus kalau pakan konsentrat yang diberikan ke sapi perah berkualitas serta seimbang. Namun harga yang mahal membuat peternak memberi pakan seadanya agar mereka tidak bangkrut seperti yang lain,” ungkapnya.
GKSI meminta pemerintah memperbesar porsi subsidi bagi pakan guna mempertahankan populasi peternak kembali menurun.
Menurutnya, subsidi pakan yang pernah digulirkan sepanjang 2013 bagi 100 kelompok masih belum optimal.
“Subsidi ini harus dibagi kepada kelompok peternak tiga wilayah antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jabar. Kami harap setiap daerah porsi subsidi ditambah agar tidak terjadi lagi peternak yang bangkrut,” katanya.
Dedi menjelaskan subsidi pakan harus diperbesar karena saat ini permintaan susu sapi oleh industri pengolahan susu (IPS) di Jabar semakin meningkat dan belum sebanding dengan besarnya produksi yang dihasilkan.