Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

90% Perkebunan Kakao Rakyat Dijabar Pakai Bibit Asal-Asalan

Petani kakao di Jawa Barat sulit mendapatkan benih unggul guna mendongkrak produksi komoditas itu.

Bisnis.com, BANDUNG — Petani kakao di Jawa Barat sulit mendapatkan benih unggul guna mendongkrak produksi komoditas itu.

Wakil Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Jawa Barat Warino Ma’ruf Abdulloh mengatakan sekitar 90% perkebunan kakao milik rakyat menggunakan benih yang asal-asalan sehingga membuat produksi menjadi rendah.

"Selama ini produksi kakao di Jabar mengalami penurunan, karena mayoritas petani menggunakan benih lokal dengan kualitas rendah sehingga membuat produksi tidak optimal," katanya kepada Bisnis, Rabu (22/1/2014).

Dia menjelaskan saat kondisi normal, petani bisa memproduksi kakao sebesar 1 ton per hektare per tahun. Namun, saat ini hanya sekitar 500 kg per ha per tahun.

Meski demikian, katanya, harga benih kakao unggul yang berasal dari Jember harganya relatif murah hanya Rp3.000 per kg. Namun, para petani kesulitan mendapatkan benih unggul tersebut. “Jika petani menggunakan bibit unggul, pasti penetrasi pasarnya mudah diserap.”

Warino mengungkapkan saat ini pasar biji kakao sangat potensial karena mulai banyak pabrik yang dibangun di kawasan Jabar, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. “Kalau penggunaan benih sudah bagus, kami meyakini pasokan biji kakao yang diproduksi petani di Jabar sebesar 100 ton hingga 200 ton, tidak bingung lagi untuk dipasarkan,” ungkapnya.

APKAI juga mengharapkan pemerintah bisa memberikan dukungan teknologi agar petani mudah menanam pohon dan mengolah buah, sehingga bisa meningkatkan produktivitas.

"Perlu ada langkah riil dari pemerintah kepada petani untuk  melakukan transfer teknologi," ujarnya. 

Tanaman kakao merupakan tanaman yang rentan terhadap cuaca dan penyakit, sehingga membutuhkan perawatan yang tak mudah antara lain dengan pemangkasan pucuk pohon setiap empat bulan sekali.

Ketua Gabungan Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Jawa Barat Mulyadi Sukandar mengatakan penggunaan bibit untuk peremajaan tanaman kakao harus sudah teruji dan bersertifikat, agar hasil produk kakao yang dihasilkan mampu bertahan hingga 15 tahun.

Dia menilai bibit kakao yang ditanam petani saat ini menggunakan benih yang tidak jelas asal usulnya, sehingga produktivitasnya jauh dari harapan.

“Penetapan bibit harus berdasarkan norma yang berlaku. Artinya jangan sampai menanam dengan bibit yang asal-asalan untuk satu kali tanam, karena harga bibitnya jauh lebih murah,” ujarnya.

Anggota Internal Control System (ICS) UTZ Cocoa Certified Europe Union Inspector HACCP Kementerian Pertanian Iyus Supriatna mengatakan produksi kakao di Jabar selama ini hanya menyasar pasar domestik.

Dia mengatakan selama ini petani kakao di Jabar masih menerapkan pola tradisional dalam melakukan perawatan terhadap tanaman sehingga produksi belum optimal.

“Petani di Jabar selama ini memang kekurangan akses penerapan teknologi dari pemerintah, sehingga mereka memproduksi kakao seadanya,” ujarnya.

Dia menjelaskan pemerintah harus turun langsung ke lapangan memberikan penyuluhan serta transfer penerapan teknologi kepada petani agar produksi kakao bisa diekspor.

Menurutnya, hal itu menjadi kesempatan bagi para petani kakao di Jabar untuk terus digenjot agar produksi kakao mereka bisa menyasar pasar ekspor.

“Harga kakao di dunia saat ini relatif besar di kisaran 3US$ per kg hingga 5US$ per kg, bahkan kualitas biji kakao Indonesia terbaik ketiga dunia di bawah Pantai Gading dan Ghana. Ini kesempatan Jabar untuk menjadi basis pengekspor kakao terbesar di Indonesia,” katanya.

 Berdasarkan catatan, Kementerian Pertanian menargetkan produksi kakao nasional pada 2014 mencapai 1,1 juta ton atau meningkat dari 2013 yang sebanyak 800.000 ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Wandrik Panca Adiguna
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper