Bisnis.com, JAKARTA - Keberhasilan Joko Widodo alias Jokowi meraih hati masyarakat Jakarta dalam pemenangan Pilgub DKI Jakarta tahun kemarin bakal terus dilakukan PDI P.
Jokowi menggebrak pola kampanye blusukan yang sempat membuat geger dunia politik Tanah Air. Model kampanye PDI- P sebelumnya yang tak jarang menampilkan hura-hura akan dikurangi.
Ketua Badan Pemenangan Pemiliu (Bapilu) PDI P Tubagus Hasanudin mengatakan pola kampanye mendatangkan artis sudah tidak relevan dan efektif.
Pementasan musik dangdut ihwal menjaring massa dinilai hanya menghamburkan dana semata. Pihaknya juga menyerukan kepada kader partai untuk tidak menghamburkan uang untuk kampanye hura-hura. “Hasil survey kan menunjukkan pola kampanye [pertunjukan musik] seperti itu percuma,” katanya kepada Bisnis.
Dia memberikan contoh dari 10.000 massa yang hadir dalam pertunjukan musik kampanye, persentase pemilih tidak akan signifikan. Sebab, katanya, kebanyakan massa yang hadir hanya mengutamakan hiburannya saja. Selain itu, pola tersebut dinilai riskan dari segi keamanan yang tidak terjamin.
Menurutnya, selama ini PDI P melibatkan artis dalam kampanye ke dalam tiga jenis antara lain artis professional, simpatisan dan artis yang rela dibayar secara gratisan. Dana untuk kampanye hiburan didapat dari urunan para anggota legislatif. “Nilainya variatif, saya tidak tahu nilainya berapa waktu itu,” paparnya.
Hasanudin memaparkan fokus utama dana Pemilu 2014 adalah untuk membayar saksi. Sisanya untuk kampanye yang bermanfaat. Hal tersebut dinilai lebih penting dari pada membayar artis. Lagian, katanya, kondisi keuangan partai saat ini terbatas.
Pihaknya sadar betul bahwa dana kampanye untuk hiburan mengeluarkan cost cukup besar. “Berapa-berapanya [dana kampanye hiburan] gak bisa dihitung dan agak sulit karena sifatnya temporari,” ujarnya.