Bisnis.com, JAKARTA - Bencana Bintaro akibat tabrakan truk tangki Bahan Bakar Minyak dengan Kereta Api Listrik yang terjadi menjelang tengah hari, Senin (9/12) sebenarnya
relevan dengan Hari Anti Korupsi Internasional.
Relevansi itu, yakni pertama, Aspek Koruptif Seleksi Pekerja.
Bila benar faktor kesalahan pengemudi truk tangki yang menerobos pintu lintasan kereta api, maka yang menonjol adalah tidak pahamnya si pengemudi dan perusahaan angkutan BBM bahwa truk tangki BBM itu sebenarnya rawan bencana kebakaran yang setara dengan standar operasi hazardous area di lokasi-lokasi indusri migas yang perlu kadar ke-hati2an kerja tertentu.
Peristiwa ini bisa jadi bukti dari tindak koruptif mutu kelola angkutan darat BBM, artinya pengabaian dan pembiaran mutu kelola operasi pekerjaan di bawah
standar yang semestinya harus dilakukan
Kedua, Aspek Koruptif Keselamatan Lintasan
Dari pengamatan penulis berkendaraan melintasi lokasi kejadian beberapa kali sebelumnya, terkesan pintu lintasan minim fungsional sehingga memudahkan
peluang penerobos, selain tanda bunyi peringatan yang hanya terdengar sayup-sayup. Artinya, bahwa peningkatan lalulintas kereta api dan angkutan jalan
raya tidak diikuti oleh peningkatan mutu keselamatan umum berupa perbaikan mutu perangkat pintu lintasan dan tanda bunyi peringatan, sehingga mampu
berfungsi optimal bagi kepentingan umum.
Pengabaian dan pembiaran standar perangkat yang tidak sesuai kebutuhan umum termutakhir adalah juga bisa dikategori Koruptif.
Dari kajian kedua aspek termaksud diatas, dapat dimengerti sering dikatakan bahwa pembangunan tidak diikuti oleh jaminan kelola dan operasi hasil
pembangunan itu sendiri.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pemangku kebijakan umum dan operasi angkutan darat khususnya angkutan kereta api dan angkutan BBM dalam
merancang ulang Pedoman Keselamatan Pekerjaan Indonesia lebih spesifik dan praktis.
Pengirim:
Pandji R Hadinoto, Dewan Pakar PKPI