Bisnis.com, MEDAN - Alih fungsi lahan pertanian di Sumatra Utara dituding menjadi penyebab produksi beras sepanjang tahun ini anjlok.
Dinas Pertanian Sumut mencatat alih fungsi lahan pertanian di Sumut mencapai 20.193 hektare sepanjang tahun lalu. Lahan pertanian di Sumut diduga banyak yang dialihkan menjadi lahan perkebunan khususnya kelapa sawit.
Kepala Dinas Pertanian Sumut Muhammad Roem mengatakan sepanjang tahun lalu jumlah pengalihan fungsi lahan pertanian mencapai 16% dari total lahan yang ada di Sumut. Diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat pada tahun ini.
"Jumlah pengalihan fungsi lahan pada tahun lalu cukup besar mencapai 16% atau seluas 20.193 Ha," ungkapnya hari ini, Kamis (5/11/2013).
Alih fungsi lahan terbesar terjadi di Kabupaten Labuhanbatu Utara mencapai 7.444 Ha dan Nias seluas 6.170 Ha. Disusul kemudian oleh Padanglawas Selatan seluas 4.400 Ha serta Padanglawas Utara hingga mencapai 2.000 Ha.
Menurutnya, selain menjadi lahan perkebunan, alih fungsi lahan pertanian juga beralih menjadi properti seperti perumahan, gedung dan perkantoran.
Dia menuding alih fungsi lahan pertanian tersebut mengganggu produksi beras di Sumut. Padahal, Sumut tengah berupaya menjadi lumbung beras dan menargetkan surplus beras terus meningkat.
Pada 2013 ini, sambungnya, Sumut menargetkan dapat memproduksi beras mencapai 3,8 juta ton. Sedangkan pada tahun depan ditargetkan produksi beras Sumut dapat mencapai 4 juta ton.
Maraknya alih fungsi lahan di Sumut dinilai akibat adanya otonomi daerah. Perizinan alih fungsi lahan, kata dia, berada pada otoritas pemerintah kabupaten/kota.
Saat ini, ucapnya, pemerintah pusat tengah menggodok Undang-Undang alih fungsi lahan. Untuk itu, dia menghimbau agar bupati/walikota di masing-masing daerah agar tidak menerbitkan izin alih fungsi lahan sebelum UU tersebut diundangkan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut melaporkan berdasarkan hasil cacah lengkap Sensus Pertanian pada November 2013 tercatat jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sumut mencapau 1.327.759 rumah tangga.
