Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei Politik: Ukur Kredibilitasnya Dari Tiga Parameter Ini

Tiga hal ini diharapkan dapat melihat berbagai hasil survei yang bermunculan beberapa waktu belakangan menjelang Pemilihan Umum 2014, katanya hari ini (28/10).
Mengukur kredibilitas survei politik/Antara
Mengukur kredibilitas survei politik/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat dapat mengukur kredibilitas sebuah survei politik apakah obyektif atau tidak, dilihat dari tiga acuan penting.

Peneliti dari Lembaga Penelitian Alvara, Hasanuddin Ali, memaparkan tiga acuan penting itu yakni motif, alat ukur dan metodologi survei.

"Tiga hal ini diharapkan dapat melihat berbagai hasil survei yang bermunculan beberapa waktu belakangan menjelang Pemilihan Umum 2014," katanya hari ini (28/10).

Dia menjelaskan acuan pertama yakni motif memberi kerangka untuk melihat lebih jauh secara konsep dari alasan objektif pelaksanaan survei tersebut, dan juga siapa yang mendanai survei. Acuan pertama itu juga sangat berkaitan dengan acuan kedua yakni alat ukur.

Menurutnya, motif dari survei tersebut atau siapa yang membiayai survei itu akan menentukan alat ukur yang digunakan para peneliti.

"Jika partai yang membayar survei, maka alat ukur yang digunakan adalah untuk kepentingan dan tujuan survei tersebut".

Maka dari itu, hasil survei yang sudah "dipesan" pihak tertentu atau parpol tidak boleh dipublikasikan kepada masyarakat luas karena dapat menyesatkan.

"Hasil dari survei itu hanya untuk internal partai. Secara etik dilarang disebarluaskan ke masyarakat," ujarnya menambahkan.

Namun, Hasanuddin mengakui dalam konteks kekinian, tidak ada perangkat yang mengawasi penyebaran hasil survei yang telah "dipesan" tersebut.

Beberapa tahun lalu, paparnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pernah mengkonsolidasi soal survei politik dan soal regulasi survei "pesanan".

"Namun hal tersebut tak pernah berlanjut lagi".

Selain motif dan alat ukur, Hasanuddin mengatakan acuan yang ketiga adalah metodologi penelitian.

Metodologi survei harus obyektif memberikan kesempatan kepada semua calon atau figur politik untuk menjadi objek kepada responden.
"Tidak boleh ada batas-batas dengan maksud tertentu," ujarnya.

Dia mengakui biasanya dalam survei memang terdapat skenario untuk melihat keragaman hasil penelitian.

"Namun tetap setelah skenario itu, harus kembali kepada metode untuk memberikan kesempatan yang sama," tegasnya. (antara/yus)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yusran Yunus
Editor : Yusran Yunus
Sumber : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper