Bisnis.com, PADANG— Dinas Perkebunan Provinsi Sumatra Barat berencana menambah 200.000 hektare lahan kakao perkebunan rakyat untuk meningkatkan produksi bahan baku coklat itu yang saat ini baru 69.000 ton/tahun.
Fajaruddin, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumbar, mengatakan penambahan lahan tersebut diperlukan untuk meningkatkan produksi kakao serta menambah penghasilan petani. Apalagi, imbuhnya, 100% lahan kakao di Sumbar dimiliki oleh petani.
“Potensi kakao kita bagus, kualitasnya juga bagus, dan petani kita punya lahan untuk dikembangkan,” katanya kepada Bisnis, Kamis (3/10/2013).
Dia menyebutkan luas lahan kakao Sumbar saat ini baru 137.000 ha, dengan produksi 800 kg/ha/tahun. Produksi itu katanya, masih terbilang kecil karena idealnya satu hektare lahan bisa menghasilkan 1,6 ton/ha/tahun.
“Selain menambah lahan, kita juga upayakan peningkatan produksi petani. Caranya dengan melakukan pembinaan kepada kelompok-kelompok tani tentang pemeliharaan tanaman,” ucapnya.
Dia mengakui rendahnya produksi selama ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan petani terhadap bibit berkualitas dan proses pemeliharaan yang kurang tepat.
“Ke depan, persoalan bibit sudah kita benahi dengan penyediaan bibit berkualitas untuk petani, di samping pembinaan di kelompok masing-masing,” katanya.
Selain itu, Fajaruddin menjelaskan produksi kakao Sumbar tidak sepenuhnya diekspor dalam bentuk biji kakao karena saat ini sudah berdiri sentra usaha pengelolaan kakao dari kelompok tani yang memproduksi bubuk coklat dan coklat batangan.
“Sudah ada dua sentra usaha pengolahan kakao, di Pariaman dan Payakumbuh. Hasilnya bagus, bisa bersaing dengan produk luar negeri, tinggal meningkatkan kualitas packeging saja,” katanya.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, sebelumnya, sudah menjajaki kerja sama dengan perusahaan pengelolaan kakao dan makanan asal Turki, Uliker untuk membangun pabrik pengelolaan kakao di Sumbar.
“Selain ekspor biji kakao. Kita juga akan kembangkan pengolahannya di Sumbar,” katanya.