Bisnis.com, JAKARTA - Isu impor bahan baku yang berkurang seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi dan kenaikan suku bunga acuan menjadi sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Kamis (3/10/2013) selain isu refinancing PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) oleh grup Bakrie yang ditengarai untuk biaya politik dan 10 besar saham unggulan dengan volatilitas tertinggi.
Berikut ini ringkasan berita-berita utama media Ibu Kota:
Impor Bahan Baku Turun
Impor bahan baku berkurang seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi dan kenaikan suku bunga acuan. Perlambatan ini mengikuti turunnya impor barang modal sejak awal tahun 2013. Defisit transaksi berjalan diharapkan turun pada akhir tahun (KOMPAS).
Polisi Ikut Terlibat Penentuan Upah Buruh
Bersiaplah dalam minggu-minggu mendatang, akan muncul protes di mana-mana. Motornya adalah kaum buruh yang meradang. Adalah instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2013 yang menjadi pemicu. Untuk menentukan upah minimum buruh tahun depan, pemerintah melibatkan empat institusi, yakni Menko Perekonomian, Mendagri, Menteri Perindustrian serta Polri (KONTAN).
Refinancing VIVA Ditengarai Untuk Biayai Politik
Menutupi utang dengan cara berutang adalah kelihaian bisnis grup Bakrie agar tetap survive, namun tidak jarang dibalik kelihaian tersebut bisnis Bakrie sebaliknya harus menemui jalan buntu yang terpaksa harus menjual seluruh asetnya hingga gugatan pailit. Mencoba keberuntungan membayar utang dengan berutang atau lebih dikenal dengan refinancing, kembali dilakukan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) untuk menjaminkan kepemilikan asetnya guna memperoleh utang atau pinjaman perbankan senilai US$100 juta (NERACA).
RI Masih Jadi Magnet Investasi
Meski perekonomian dunia sedang lesu, Indonesia dinilai masih menjadi magnet investasi. Arus masuk modal asing ke Indonesia berpotensi naik seiring upaya pemerintah terus meningkatkan fundamental perekonomian nasional (INVESTOR DAILY).
10 Besar Saham Unggulan dengan Volatilitas Tertinggi
Tingkat volatilitas 10 saham unggulan di daftar LQ45 berada pada kisaran 30%-55% lebih tinggi dari indeks harga saham gabungan (IHSG), berdasarkan data Bloomberg. Dari 10 saham tersebut, terdapat empat saham dari sektor properti yang cenderung volatile setelah gejolak yang terjadi di pasar saham domestik sejak akhir Mei 2013 (INDONESIA FINANCE TODAY).