Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengatakan penyebab konflik sosial kini sangat konpleks dan dinamis, seiring dengan pergeseran medan konflik.
"Ada 184 titik konflik yang menyebar di beberapa wilayah di Indonesia. Kerugian sangat berdampak pada banyaknya korban yang mengalami depresi sosial dan tidak ada lagi rasa aman," kata Mensos saat membuka Konferensi Nasional Kearifan Lokal, di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Kamis (29/8/2013) malam.
Mensos bersama mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, menjadi pembicara dalam konferensi yang berlangsung tiga hari, hingga 31 Agustus 2013. Kegiatan ini diikuti oleh 500 peserta dari 33 provinsi di Indonesia.
Salim menuturkan saat ini rasa aman menjadi sesuatu yang mahal di negeri ini. Masyarakat mudah tersulut konflik sosial yang berdampak pada melemahnya kohesivitas sosial.
"Dulu sumber konflik terjadi akibat ketimpangan sosial yang berujung pada isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Kini lebih dinamis dan konpleks. Salah satunya faktor politik, misalnya pemekaran wilayah, kesetaraan, pemilihan kepala daerah, dan ketidakadilan hukum," ungkapnya.
Untuk itu, lanjutnya, perlu dibangun kembali suatu kekuatan yang menjadi jati diri bangsa.
"Solusinya, harus kembali pada jati diri bangsa, melalui ajaran adhi-luhung Bhineka Tunggal Ika, rejuvenasi (penyegaran) nilai-nilai kebangsaan. Salah satunya nilai-nilai kearifan lokal," ujar Mensos.
Dia menyebutkan bangsa ini terbangun di atas nilai-nilai lokal, yang menjelma menjadi nilai-nilai kebangsaan yang dimanifestasikan dalam pancasila.
Hingga kita, tambahnya, nilai-nilai kearifan lokal yang masi ada dan akan terus dilestarikan dan diwariskan ke anak cucu generasi bangsa. "Di antaranya pela gedong, silih asah silih asih silih asuh, tuah tanah sakato, rukun agawe santoso, sintuwu maroso, dan nusa rasa nusa batutu," ujar Salim.