Bisnis.com, OSLO - Norwegia, produsen minyak dan gas terbesar di Eropa Barat dan dan perumahan dengan nilai US$760 miliar, tengah berjibaku untuk memacu permintaan setelah pasar di seluruh Eropa menghadapi impitan selama setengah dekade terakhir.
Menurut DNB ASA (DNB), bank terbesar negara itu, Norwegia akan menjadi satu-satunya negara Eropa dari 15 negara di kawasan itu yang pertumbuhan ekonomi yang stagnan pada tahun depan.
Hambatan terbesar datang dari konsumen, yang ragu-ragu untuk membelanjakan dananya karena harga rumah yang melangit dan utang swasta yang menggunung.
Norwegia, yang merupakan negara paling stabil dari gejolak utang Eropa, gagal untuk mengikuti pemulihan ekonomi negara maju lainnya.
Negara dengan perekonomian US$480 miliar itu hanya mencatat pertumbuhan 0,2% pada kuartal kedua, kurang dari sepertiga kecepatan yang diperkirakan dalam survei Bloomberg.
Berita itu menekan krone turun 1,5% terhadap euro, dengan kerugian terus berlanjut sampai kemarin.
"Pertumbuhan pada 2013 bisa di bawah tren," kata Menteri Keuangan Sigbjoern Johnsen kemarin dalam sebuah wawancara di Oslo. "Masih terlalu dini untuk memperbaiki angka."
Tanda-tanda perlambatan ekonomi datang setelah pemerintahan Partai Buruh yang dipimpin Perdana Menteri Jens Stoltenberg mengekor dalam jajak pendapat melawan oposisi tentang janji pemangkasan pajak.
Kedua belah pihak telah membuat janji yang menarik pada dana kekayaan kedaulatan bangsa, terbesar di dunia. Norwegia akan melakukan pemungutan suara pada 9 September.