Bisnis.com, JAKARTA - Badan Tenaga Nuklir Indonesia terus melakukan kajian, penelitian, dan pengembangan teknologi dan keselamatan pembangkit listrik tenaga nuklir, untuk meningkatkan kesiapan introduksi PLTN di Indonesia.
Salah satu yang tengah gencar dikaji Batan adalah teknologi dalam rangka pelaksanaan PRe-Feasibility Studi PLTN skala kecil dan menengah (small medium reactor-SMR).
Pembangunan PLTN dengan SMR dinilai sangat cocok diaplikasikan untuk wilayah di luar Pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Papua, dan pulau-pulau kecil yang belum memiliki kapasitas jaringan pembangkit listrik besar.
"Tapi, tidak tertutup kemungkinan untuk diterapkan SMR di pulau Jawa," kata Djarot Wisnubroto, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Senin (19/8/2013).
Djarot menuturkan SMR adalah teknologi yang memang dikembangkan untuk negara-negara berkembang, yang belum memadai untuk PLTN skala besar.
Dia menuturkan studi SMR di Indonesia, sudah dimulai sejak 2001 dengan mempelajari reaktor daya terapung KLT-40 dan reaktor baterai.
Lalu, pada Program Studi Fisika ITB dikembangkan desain jenis reaktor Spinor. Sementara itu, di Universitas Gajah Mada dikembangkan desain reaktor PCMR (Passive Compact Molten Salt Reactor).
"Batan saat ini sedang melakukan penelitian untuk pengembangan SMR, salah satunya adalah reaktor gas yang dikenal dengan RGTT200. Yaitu reaktor gas temperatur tinggi dengan daya 200 megawatt (MW)," ungkapnya.
Menurutnya, Indonesia sudah memiliki tenaga ahli untuk SMR yang kini bekerja di Nuclear Technology Development Section, Division of Nuclear Power, Departement Nuclear Energy, International Atomic Energy Agency (IAEA). Yaitu Muhamad Hadid Subki, Technical Group Leader asal Indonesia.
Hadid yang juga hadir dalam pertemuan tersebut, mengatakan bahwa dia sudah melakukan kajian teknologi dalam rangka pelaksanaan Pre-Feasibility Study PLTN SMR.
Terkait perkembangan penelitian dan pengembangan teknologi SMR ini, kedua pihak menggelar workshop Advancer Reactors and Small and Medium-sized Nuclear Reactors (SMRs) for Embarking Countries. Dengan narasumber kedua expert dari IAEA.
Workshop ini, kata Djarot, bertujuan meningkatkan kapasitas peneliti dan perekayasa Batan, tentang perkembangan teknologi reaktor daya ukuran kecil menengah. Para peneliti dan perekayasa ini juga melakukan penilaian terhadap teknologi reaktor daya yang ada di pasar internasional, sekaligus mendorong Batan untuk terus menguasai teknologi nuklir melalui kegiatan desain nuklir.