Bisnis.com, LONDON—Angka inflasi Inggris pada Juli mulai turun dari rekor tertinggi dalam 14 bulan terakhir, didorong oleh potongan harga besar-besaran di toko pakaian selama musim panas ini.
Menurut Kantor Statistik Nasional setempat, harga konsumen di negara monarki itu melonjak 2,8% pada Juli dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan peningkatan sebesar 2,9% pada Juni. Angka tersebut sesuai dengan perkiraan median dari 35 ekonom yang disurvei Bloomberg.
Sementara itu, sebuah laporan terpisah menunjukkan inflasi harga input tahunan bergerak cepat ke level 5%—tercepat sejak Maret 2012—didorong oleh kenaikan harga minyak.
Bank of England (BoE)—yang menargetkan inflasi 2%—memperkirakan pertumbuhan harga konsumen akan tetap berada pada kisaran saat ini selama beberapa bulan ke depan. Stabilitas harga dan target inflasi tetap menjadi prioritas utama bank sentral pimpinan Mark Carney itu.
“Inflasi harga konsumen memang belum akan mencapai 3% dalam waktu dekat, tetapi angka tersebut akan mulai menurun secara bertahap hingga akhir tahun ini. Inflasi akan sangat tergantung pada perkembangan harga minyak,” ujar Howard Archer, ekonom IHS Global Insight di London, Selasa (13/8/2013).
Nilai tukar poundsterling melemah terhadap dolar AS setelah data inflasi dirilis. Sterling diperdagangkan pada level US$1,5462 pada Selasa pagi waktu London. Sementara itu, imbal obligasi pemerintah berjangka 10 tahun naik 3 basis poin menjadi 2,5%.