Bisnis.com, JAKARTA—Kekhawatiran akan tingginya inflasi menjadi sorotan utama media nasional hari ini selain kian terperosoknya neraca perdagangan luar negeri Indonesia dan soal nasib investor Bank Danamon yang gagal diakuisisi DBS, Jumat (2/8/2013).
“Inflasi Tahunan Tertinggi, Pertumbuhan Ekonomi Bakal Terkoreksi”: Inflasi Juli 2013 mencapai 3,29% dibanding Juni. Dibanding Juli 2012, inflasi mencapai 8,61%. Inflasi tinggi menyebabkan suku bunga Bank Indonesia 6,5% sudah tak relevan lagi dan target pertumbuhan ekonomi 6,3% akan sulit dicapai (KOMPAS)
“DBS Mundur, Investor Danamon Merana”: Investor PT Bank Danamon Tbk harus menerima kenyataan pahit. Rabu (31/7/2013), DBS membatalkan perjanjian dengan Temasek Holdings atas akuisisi 100% saham Asia Finansial Indonesia Pte Ltd, pemilik 67,37% saham Bank Danamon. Akibatnya harga saham anjlok 14,42% ke Rp 4.450 per unit saham (KONTAN).
“Neraca Perdagangan Jeblok, Ekonomi Nasional Terpukul”: Neraca perdagangan luar negeri Indonesia kian terperosok ke jurang defisit yang semakin curam. Data BPS menyebut, defisit neraca perdagangan selama semester I-02013 menembus US$3,31 miliar, atau naik dua kali lipat jika dibandingkan dengan nilai defisit sepanjang 2012 yang mencapai US$1,63 miliar. Pengamat menilai melebarnya defisit luar negeri menjadi bukti bahwa pemerintah telah gagal menjaga keseimbangan pasar ekspor (NERACA).
“BI Rate Kemungkinan Naik 50 Bps”: Merespons inflasi Juli 2013 sebesar 3,29%, atau di atas perkiraan, bank sentral akan menaikkan BI rate 50 basis poin menjadi 7%. Inflasi Juli year on year sudah 8,61% atau di atas bunga deposito. Jika bunga deposito tidak dinaikkan, pemilik dana besar akan memindahkan uangnya dari perbankan (INVESTOR DAILY).
“Inflasi Juli Tertinggi Sejak 1999”: Inflasi Juli 2013 mencapai 3,29% tertinggi sejak 1999 karena pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi yang mulai berlaku akhir Juni. Sementara inflasi tahunan mencapai 8,61% melampaui target pemerintah tahun ini 7,2%. Ke depan, pemerintah perlu menjaga laju inflasi agar tidak bergerak liar, bukan hanya dengan menjaga harga bahan pangan tetapi juga tarif angkutan (INDONESIA FINANCE TODAY).