Bisnis.com, JAKARTA—Masyarakat dinilai belum memiliki kesadaran bahwa anak berkebutuhan khusus juga dapat melakukan berbagai kegiatan produktif, seperti halnya anak normal.
Adi D. Adinugroho, pakar pendidikan khusus, mengatakan ABK belum dianggap setara dengan anak-anak yang normal. “[Masyarakat berpikir mengurus] yang normal saja susah, kenapa ngurusin ABK [anak berkebutuhan khusu]?,” katanya dalam peluncuran kampanye What will I Be?”, Sabtu (20/7/2013).
Menurutnya, jika potensi ABK tidak dikembangkan dengan baik, maka Indonesia tidak akan memiliki tambahan populasi yang produktif. Dia menilai ABK dapat berkontribusi dan menjadi bagian dari masyarakat.
Dia memberi contoh, salah seorang ABK berprestasi yaitu Michael Anthony, yang mampu menjadi pianis muda. Selain itu ada Thomas Andika yang pandai melipat kertas atau origami serta melukis.
Yayasan Indonesia Peduli Anak Berkebutuhan Khusus (YIPABK) berupaya membangun kepedulian masyarakat akan anak berkebutuhan khusus melalui kampanye What will I Be?. Kampanye diharapkan dapat membantu 100 ABK serta memberikan pelatihan kepada 50 guru dan 50 orang tua agar dapat mengerti karakteristik ABK.