Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Bervariasi di Perdagangan Asia

Bisnis.com, SINGAPURA--Harga minyak bervariasi di perdagangan Asia pada Kamis (11/7/2013)  karena para pedagang mengambil keuntungan dari kenaikan yang dipicu oleh penurunan lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah AS, kata para

Bisnis.com, SINGAPURA--Harga minyak bervariasi di perdagangan Asia pada Kamis (11/7/2013)  karena para pedagang mengambil keuntungan dari kenaikan yang dipicu oleh penurunan lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah AS, kata para analis.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, naik 27 sen menjadi US$106,79 per barel pada perdagangan sore, setelah turun pada pagi hari.

Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus turun 13 sen menjadi US$108,38 per barel.

Minyak mentah light sweet melonjak 2,99 dolar AS di New York pada Rabu (10/7)  setelah data stok minyak mentah mingguan Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan kenaikan permintaan di ekonomi terbesar dunia itu.

Brent naik 70 sen di perdagangan London pada Rabu.

"Pedagang telah berhenti mengambil stok menyusul kenaikan besar semalam atas data EIA," David Lennox, analis sumber daya di Fat Prophets di Sydney, mengatakan kepada AFP.

"Ini adalah musim mengemudi utama di AS, dan penarikan persediaan menunjukkan kenaikan dalam permintaan," katanya.

Data EIA yang dirilis pada Rabu menunjukkan stok minyak mentah AS jatuh 9,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 5 Juli.

Itu sudah lebih dari tiga kali lipat pengurangan 2,9 juta barel yang diperkirakan oleh sebagian besar analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires, dan setelah penurunan hampir 10 juta barel dalam beberapa minggu sebelumnya.

Meskipun terjadi aksi jual di jam-jam perdagangan Asia, analis mengatakan harga minyak didukung oleh komentar Ketua Federal Reserve Ben Bernanke bahwa langkah-langkah stimulus ekonominya masih diperlukan.

"Ada sentimen positif dari komentarnya bahwa Fed AS akan terus mengejar kebijakan moneter yang akomodatif," kata Desmond Chua, analis pasar CMC Markets di Singapura. (Antara/Reuters)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper