BISNIS.COM, JAKARTA— Isu pelemahan rupiah menjadi sorotan utama sejumlah media cetak hari ini, Senin (10/6/2013), selain kritikan atas regulasi mobil murah ramah lingkungan dan anjuran untuk membeli saham unggulan.
“Siklus Pelemahan Rupiah”: Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diduga merupakan bagian siklus yang terjadi setiap pertengahan tahun. Hal ini akibat melonjaknya kebutuhan dolar AS untuk membayar utang luar negeri dan impor. Bank Indonesia pun menjamin pasokan dolar AS di pasar (KOMPAS)
“Rupiah Jebol 10.000, Inflasi Makin Liar”: Nilai tukar rupiah melemah di bawah Rp10.000 per US$. Di Pasar spot, kemarin mata uang garuda ditutup di level Rp10.087 per US$. Bahkan, rupiah sempat berada di posisi terlemah Rp10.174 pada pukul 13:40 WIB. Ini adalah angka terendah sejak 2010 (KONTAN).
“Regulasi Mobil Murah Hanya Untungkan Pabrikan Jepang”: Kendati telah ditandatangani oleh Presiden SBY, Peraturan Pemerintah No.41/2013 Tentang Fasilitas Insentif Pajak untuk Mobil Murah dan Ramah Lingkungan kini malah panen kritikan. Regulasi ini dianggap salah kaprah lantaran hanya menguntungkan pabrikan otomotif Jepang (NERACA).
“29 Saham Big Cap Layak Beli”: Kalangan analis yakin indeks harga saham gabungan (IHSG) segera menguat karena indeks hampir mencapai level terendah. Karena itu, supaya tidak tertinggal, investor bisa membeli beberapa saham unggulan yang harganya sudah murah. Setidaknya 29 dari 45 saham berkapitalisasi besar dan paling likuid di BEI layak dibeli. Saham-saham LQ45 tersebut berpotensi memberikan keuntungan sebesar 8-55% hingga akhir 2013 (INVESTOR DAILY)
“Pasar Keuangan Turbulence”: Pasar keuangan domestik mengalami turbulensi dalam beberapa hari terakhir menyusul tekanan jual dari investor asing di pasar modal yang memicu pelemahan nilai tukar rupiah. Tekanan jual investor asing salah satunya dipicu pelepasan saham-saham yang menjadi aset dasar dari Exchanged Trade Fund yang ditransaksikan di Wall Street (INDONESIA FINANCE TODAY). (ltc)