BISNIS.COM, MAKASSAR–Tragedi Rohingnya dan konflik Laut China Selatan akan dibahas para pemimpin dunia dalam konferensi internasional kedua CAPDI di Makassar pada 19-21 Mei 2013.
Chairman Centrist Asia Pacific Democrats International (CAPDI) Jusuf Kalla mengatakan kegiatan tersebut akan fokus pada masalah perdamaian dunia.
“Terutama di kawasan Asia Pasifik, serta perubahan iklim global yang semakin mengkhawatirkan,” ujarnya lewat media jejaring sosial Twitter, Sabtu (18/5/2013).
Kalla menyebutkan anggota dan bukan anggota CAPDI dari 22 negara dipastikan hadir di Makassar.
“Isu-isu penting akan dibicarakan dalam acara ini, misalnya terkait Tragedi Rohingnya, konflik Laut China Selatan dan lain-lain,” tulisnya lewat akun @Pak_JK.
CAPDI adalah organisasi non pemerintah yang beranggotakan pemimpin negara dan mantan pemimpin negara, dan tokoh-tokoh lain, se-Asia Pasifik.
CAPDI berawal dari Centrist Democrats International of Asia Pacific (CDI-AP) yang didirikan dan berbadan hukum di Filipina oleh tujuh partai politik pada 4 Juli 2005 di Manila.
Mereka membuat Deklarasi Manila pada Januari 2006, yang ditegaskan kembali di Jakarta pada Januari 2008 dan kembali dalam Angkor Initiative tahun 2009 di Siem Reap.
Pada rapat 1 Desember 2010 di Phnom Penh, organisasi ini resmi berganti nama menjadi Centrist Asia Pacific Democrats International atau CAPDI.
Dalam gelaran konferensi ini diharapkan untuk menghasilkn deklrasi Makassar sebagai dasar untuk berkomunikasi atau dialog antarpemimpin negara dalam menyelesaikan masalah global.
Menurut panitia, delegasi dari Inggris dan Spanyol sudah melakukan konfirmasi kehadirannya pada CAPDI, sekalipun mereka bukan anggota.
Tokoh Finlandia yang dijadwalkan hadir adalah mantan presiden Martti Ahtisaari, yang turut berjasa dalam perdamaian Aceh.
Perdana Menteri Samdech Techo Hun Sen dan Wakil Perdana Menteri Sok An, akan membawa rombongan kabinet, termasuk menteri-menteri ekonomi. Ada 36 pejabat negara Kamboja yang hadir di Makassar.
Pemimpin negara yang juga telah memastikan kehadirannya di konferensi perdamaian dan perubahan iklim global ini diantaranya adalah Perdana Menteri Malaysia Mohammad Najib bin Tun Razak dan Jejomar Binay (Wakil Presiden Filipina). (sep)