BISNIS.COM, DENPASAR--Pemerintah Bali mengakui pertanian di Bali terus merosot dari tahun ke tahun karena belum adanya kesepahaman antara pertanian dan pariwisata.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan selama ini industri pariwisata di Bali dituding sebagai biang permasalahan merosotnya pertanian di Bali.
“Sebenarnya bukan pariwisata sebagai biang keroknya, tetapi belum adanya kesepahaman antara pertanian dan pariwisata. Bali yang mengusung program sistem pertanian terintegrasi (Simantri) akan terus berupaya meningkatkan kualitas pertanian dan petani di Bali,” ujarnya Selasa (24/3/2013)
Menurutnya secara kualitas, Bali akan diusahakan berbagai pertanian organik dan para petani juga harus bisa hidup dengan penghasilan yang cukup.
“Pemprov Bali juga sudah mulai perlahan-lahan mengurangi subsidi pupuk kimia dan beralih ke pupuk organic,” jelasnya.
Menurutnya, pada 2012 subsidi pupuk kimia sebesar Rp4 miliar sudah dialihkan ke organik sebesar Rp2 miliar sedangkan tahun 2013 seluruh subsidi pupuk kimia dialihkan ke pupuk organik.
Sebelumnya, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali, Nyoman Suparta telah mendesak pihak industri pariwisata untuk menggunakan produk pertanian lokal untuk memenuhi kebutuhan akomodasi wisata.
“Pertanian di Bali perlu dikembangkan dengan menekan industri pariwisata sehingga bisa memberikan nilai tambah kepada petani lokal serta mampu mensejahterahkan petani subak. Selain itu bisa mengangkat sedikit harga diri dan menghidupkan petani,” jelasnya.
Menurutnya, jika petani tidak mendapatkan untung siapa yang mau memproduksinya. Untuk itu ia mengharapkan adanya kerjasama atau kesepahaman antara petani dan industri pariwisata sehingga lahan pertanian Bali tidak merosot terus.