WASHINGTON-- Washington saat ini tengah berusaha meyakinkan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk mundur dari jabatannya dan menerima konsekuensi "yang tak terhindarkan" tersebut, kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry.
"Saya yakin terdapat cara yang dapat dilakukan untuk mengubah sikap Presiden Bashar saat ini (yang ingin tetap berkuasa)," kata Kerry kepada wartawan, lapor AFP, Kamis (14/2/2013).
Diplomat tertinggi Amerika Serikat itu tidak mengungkapkan secara detail langkah-langkah yang akan dilakukan untuk meyakinkan Bashar, namun di sisi lain mengaku mempunyai "firasat baik" terhadap keberhasilan rencananya.
Kerry, yang baru saja bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yordania Nasser Judeh, merasa yakin mundurnya Bashar adalah yang "yang tak terhindarkan" mengingat kondisi perang saudara di Suriah saat ini.
"Saat ini, kondisi di Suriah memang masih belum bisa memaksa dia untuk turun, namun di masa depan hal itu tidak terhindarkan," kata Kerry.
Amerika Serikat saat ini sedang mengusulkan solusi yang bisa dinegosiasikan untuk mengakhiri perang saudara yang sudah berlangsung selama 23 bulan dan menewaskan sekitar 70.000 orang di Suriah, kata Kerry.
Tujuan dari tindakan Amerika Serikat adalah untuk menghindari "terpecahnya Suriah menjadi dua negara, karena hal itu sangat berbahaya dan dapat menghasilkan kemungkinan yang paling buruk bagi semua pihak."
Selain itu, Kerry mengindikasikan bahwa Amerika Serikat bersama Yordania akan mendesak Rusia, yang merupakan sekutu Suriah, untuk memberi tekanan lebih bagi Bashar agar bersedia mundur.
Moskow selama ini mendapatkan kritik tajam karena tetap mempertahankan hubungan baik dengan rezim Bashar saat berperang dengan kelompok gerilyawan oposisi. Negara tersebut juga dikabarkan terus memasok senjata bagi pihak pemerintah di Damaskus.
"Saya tetap mempunyai harapan bahwa Rusia dan Amerika Serikat dapat menemukan kesamaan prinsip dalam masalah ini," kata Kerry sambil menambahkan bahwa Raja Yordania Abdullah II akan mengunjungi Moskow.
Sementara itu Judeh mengatakan bahwa "situasi di Suriah saat ini tidak dapat dipertahankan" dan mengungkapkan bahwa telah terdapat "kesepakatan umum di antara komunitas internasional" soal dibutuhkannya dialog politik.
"Kita lebih membutuhkan cara-cara dan langkah yang tepat untuk menjembatani berbagai perbedaan yang ada dibanding menetapkan batas waktu bagi penyelesaian konflik," kata dia.
"Dengan demikian, kita dapat melakukan dialog politik yang menghasilkan solusi yang disepakati semua pihak, yaitu transisi dan penyelesaian kekerasan," kata Judeh.
Seorang diplomat dari Rusia pada Rabu mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Walid al-Muallem dan pemimpin kelompok oposisi Koalisi Nasional Ahmed Moaz al-Khatib akan melakukan perjalanan ke Moskow secara terpisah pada beberapa minggu ke depan. (Antara/AFP/msb)