Bali Griya bangun hotel bintang lima senilai Rp300 miliar

BADUNG: PT Bali Griya Shanti menganggarkan dana sedikitnya Rp300 miliar untuk mengembangkan properti hotel bintang lima di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali.Adhi Indrawan, Presiden Direktur PT Bali Griya Shanti, mengatakan pembiayaan untuk pembangunan properti hotel bintang lima itu menggunakan kas internal sebesar 30%. Adapun sisanya, perseroan masih mengandalkan pembiayaan dari perbankan."Saat ini penjajakan pembiayaan masih dilakukan dengan sejumlah perusahaan perbankan dalam negeri," katanya seusai meresmikan Mercure Nusa Dua, Minggu (23/9).Dana itu difokuskan untuk mengembangkan lahan kelolaan yang tersisa seluas 5,8 hektare di Nusa Dua. Diketahui pada 2010, perseroan telah mengembangkan 1,2 hektare dari 7 hektare lahan di kawasan yang sama dengan mengembangkan properti hotel bintang empat. Saat ini properti itu dikelola oleh manajemen Mercure."Sisa lahan kelolaan itu akan dikembangkan untuk penyediaan hunian antara lain hotel bintang lima atau residence. Namun penghitungan final masih menunggu luasan lahan dan fasilitas yang akan dibangun," katanya.Untuk pengembangan lanjutan itu, grup bisnis dari PT Nikko Securities ini mengincar pengelolaan hospitality manajemen Pullman. Investasi itu, lanjutnya, diproyeksi 2 kali lebih besar jika dibandingkan dengan properti hotel bintang empat seharga Rp150 miliar yang saat ini sudah dikelola Mercure."Saya kira, predikat bintang lima akan menetapkan standar fasilitas yang lebih daripada Mercure. Untuk itu invetasinya diperkirakan mencapai Rp300 miliar," katanya. Adapun pembangunan properti standar bintang lima itu akan dimulai awal 2013.Husein Chandra, Direktur Bali Griya Shanti menambahkan, secara penghitungan dari investasi total, paparnya, perseroan menargetkan return on investment (RoI) selama 8 tahun hingga 10 tahun.Penghitungan RoI, paparnya, akan mampu lebih cepat menyusul membaiknya perekonomian dunia setelah diterpa krisis dan terus tumbuhnya daya beli masyarakat Indonesia. "Awalnya kita hanya fokus untuk market asing dengan pasar utama Jepang. Namun setelah ada perkembangan, desain diubah menyesuaikan pasar."(faa)