MOSCOW: Dua organisasi mahasiswa Islam terbesar dan tertua Indonesia, Himpunan Mahasiswa Indonesia dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia berharap komunitas Muslim Rusia membagikan pengalaman mereka membangun persaudaraan bagi kebangsaan Indonesia.
Harapan tersebut diungkapkan kedua organisasi yang didampingi Sekjen Lingkar Studi Mahasiswa Indonesia (Lisuma), Dhika Yudistira saat berdialog dengan Deputi Ketua Dewan Muftis Rusia, Rushan Abbyasov, Minggu (17/6).
Ketua Umum PB HMI Noer Fajrieansyah memuji peran Muslim Rusia yang menjaga persatuan bangsa Rusia ketika transisi rezim otoriter ateis Uni Soviet menuju reformasi Rusia yang lebih demokratis.
“Kami berharap kedua bangsa dapat saling membagi pengalaman dalam mengembangkan Islam sebagai pemersatu bangsa karena Islam di Rusia berkembang lebih lama dibandingkan Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum PB PMII Addin Jauharuddin menyebutkan komunikasi komunitas Islam antar kedua bangsa harus berperan sebagai jawaban bagi ancaman globalisasi yang menjadi pematik perpecahan integrasi bangsa.
Deputi Ketua Dewan Muftis Rusia, Rushan Abbyasov menyambut gembira kehadiran mahasiswa-mahasiswa Muslim Indonesia dengan visi kebangsaan dan integrasi yang memiliki tautan sejarah erat dengan Rusia.
“Islam di Rusia memiliki peran besar dalam meredam gerakan-gerakan yang membuat disintegrasi bangsa. Sebagai contoh dalam kasus Chechya, justru pemimpin Mufti (persatuan ulama) Rusia, Ahmad Kadirov yang menentang ide pembentukan negara Islam,” papar Rushan.
Menurut dia, konstitusi Rusia memberikan kebebasan dan tidak mencampuri rakyatnya memeluk, menjalankan dan mengembangkan agama mereka akibatnya umat beragama di Rusia mengembangkan cara sendiri untuk saling menghormati.
“Kami tidak mengembangkan toleransi. Bagi kami toleransi bukan kata yang tepat karena berarti mengalah. Kami mengembangkan persaudaraan. Ada dialog didalamnya dan negara mendukung proses tersebut,” paparnya.
Dia memberikan contoh lain tidak adanya syariah Islam yang diterapkan di wilayah-wilayah mayoritas umat Muslim karena komunitas Islam Rusia menyadari mereka harus hidup berdampingan dengan saudara-saudara mereka secara damai.
Kantong muslim di Rusia a.l. Republik Tatarstan, Republik Bashkorkostan, dan empat republik di Kaukasus Utara seperti Chechnya, Dagestan, Ingushetie, Kobardino-Balkaria memilih untuk berdemokrasi dalam kehidupan beragama mereka.
Saat ini, lanjutnya, parlemen Rusia tengah merancang konstitusi yang mendukung berjalannya kehidupan beragama sesuai semangat Rusia bersatu. Untuk proses ini Dewan Muftis Rusia dilibatkan secara aktif.
Rushan memaparkan Islam di Rusia memiliki peran besar karena telah berkembang lebih dari 1200 tahun lalu, kehadiran Islam yang dibawa saudara-saudara Nabi Muhammad SAW bahkan 66 tahun lebih awal dibandingkan Kristen Ortodoks yang kemudian sempat mendominasi wilayah Rusia.
Menjelang revolusi komunis terdapat 15.000 masjid namun imperium Uni Soviet yang fasistik dan menisbikan kehidupan agama mendera keras kehidupan beragama muslim. “Masjid, gereja, sinagoga dihancurkan. Buku-buku agama dibakar. Umat yang menjalankan ibadah dicatat dan dipersulit hidupnya”
Hingga 1991 ketika reformasi Rusia terjadi hanya tersisa 100 masjid. Selama masa komunis berkuasa, presiden pertama Indonesia, Soekarno hadir dan memberikan angin segar yang membuat umat Muslim terlindungi. “Tanpa kehadiran Soekarno, masjid bersejarah kami mungkin sudah dihancurkan.” (msb)
ARTIKEL MENARIK LAINNYA >>>
- OBITUARI: OM LIEM & Mochtar Riady Dirikan BCA Dalam 4 Jam
- TIGER WOODS Shares Lead Heading Into US Open Weekend Play
- RUTE SOLO-KL Mau Dihapus, JOKOWI Rayu Air Asia
- DAHLAN ISKAN: Negosiasi Ulang Kontrak Pertambangan Jalan Terbaik
- MUSIK ONLINE—Tantang Apple, Amazon Mulai Layanan Cloud Musik