Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

 

 

 

JAKARTA: PT Nandya Karya Perkasa, usaha kecil menengah komponen sepeda motor untuk grup Astra International, memperkirakan terjadi penurunan omzet pada tahun ini  dengan berbagai alasan.

 

Hadi Yudiansyah, Plant Manager PT Nandya Karya Perkasa, menjelaskan kemungkinan terjadinya penurunan omzet perusahaan mereka disebabkan produsen sepeda motor atau kendaraan roda dua menurunkan kapasitas produksinya.

 

 “Jadi, pada tahun ini kami pesimistis bisa memenuhi omzet seperti tahun lalu yang mencapai Rp150 miliar,” katanya kepada wartawan saat melakukan kunjungan ke pabrik perusahaan itu di kawasan Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, hari ini, Rabu 30 Mei 2012.

 

Selain itu, kata dia, masih ada faktor lain sebagai pendorong terjadinya penurunan omzet di samping penurunan produksi dari pabrikan sepeda motor. Yakni, migrasi besar-besaran produksi sepeda motor dari sistem manual ke matic.

 

Kondisi ini membuat industri komponen sepeda motor yang mereka produksi mengalami penurunan order. Sebab, permintaan pasar terhadap komponen yang telah diproduksi untuk motor bebek, beralih ke motor matic.

 

Meski penurunan komponen sepeda motor kategori bebek menurun drastis, akan tetapi Hadi belum bisa menyebut persentase penurunan tersebut. Sebab, penurunan produksi tidak hanya dialami sepeda motor Honda yang menjadi  pasar sekaligus mitra Nandya karya Perkasa.

 

“Kami tidak memahami apakah penurunan produksi juga disebabkan kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan pembatasan pemakaian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk jenis premium,” tutur Hadi yang merupakan salah satu UKM Subkontarktor Grup Astra.

 

Produsen sepeda motor nasional lainnya saat ini menurut pengataman Hadi, juga menurunkan kapasitas produksinya sekaligus memonitoring perkembangan kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Termasuk tentang pembatasan BBM bersubsidi maupun kebijakan baru untuk kepemilikan sepeda motor secara kredit.

 

”Rencana pemerintah menetapkan kredit sepeda motor demean uangmuka atau down payment sebesar 25%, pasti berdampak pada penurunan permintaan konsumen, dan kondisi ini membuat produsen harus bertindak safety.(msb)

 

BACA JUGA:

Skandal bola Liga Italia

Tender 3G molor, pemerintah bisa kena sanksi

Grasi Corby, apakah ada deal RI dengan Australia?

Sweeping software bajakan, BSA digugat

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Sarwani
Sumber : Mulia Ginting Munthe

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper