Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UJIAN NASIONAL: Bahasa Indonesa dan Matematika masih jadi momok

JAKARTA: Hari ini secara serentak hasil Ujian Nasional (UN) jenjang SMA diumumkan. Teknis pengumuan kelulusaan diserahkan pada masing-masing sekolah. Namun, siswa di Jakarta  banyak mengakses pengumuman melalui internet dengan mengunjungi website

JAKARTA: Hari ini secara serentak hasil Ujian Nasional (UN) jenjang SMA diumumkan. Teknis pengumuan kelulusaan diserahkan pada masing-masing sekolah. Namun, siswa di Jakarta  banyak mengakses pengumuman melalui internet dengan mengunjungi website sekolah masing-masing. Prosentase kelulusan Ujian Nasional (UN) siswa SMA mengalami kenaikan. Tahun ini tingkat kelulusan UN siswa SMA mencapai 99,50 %. Jumlah tersebut 27%,  melebihi tahun lalu yang hanya menyentuh angka 99,22%.Tahun ini siswa yang tidak lulus UN mencapai 7.579 siswa, dari 1.524.704 peserta UN. Angka tersebut didapat dari siswa yang nilai akhir rata-ratanya tidak mencapai 5,5 sebanyak 5.300 siswa (69,4%). Juga karena ada satu atau lebih mata pelajaran yang nilainya kurang dari 4 (30,06%)."Nilai akhir rata-rata itu adalah jumlah nilai UN murni digabungkan dengan nilai sekolah, dengan masing-masing bobot nilai 60:40," ujar Mendikbud Mohammad Nuh.Menurut dia, kebanyakan siswa jatuh di nilai Bahasa Indonesia dan Matematika. Oleh karena itu bagi siswa yang ingin cepat masuk ke perguruan tinggi, dapat mengikuti ujian kesetaraan atau ujian Paket C.Kelulusan ditentukan oleh satuan pendidikan, karena ada komponen kelakuan baik, budi pekerti dan sebagainya.

Yang paling tinggi angka ketidak lulusan  NTT 5,5 % atau  1,997, Gorontalo  4,45% dan yang paling kecil adalah Jatim 0,07%.

Di setiap provinsi hampir semua rata-rata ada yang  tidak lulus dan jika dilihat dari distribusinya, sekolah yang siswanya berhasil lulus 100% ada 87 ribu  sekolah ( 80%). Sebanyak 4 sekolah siswanya semua tidak lulus. Misalnya siswa SMA Dorema, Kota Medan dimana  jumlah siswa hanya  4 orang dan siswanya tidak lulus.Meski ada berbagai wacana ditengah masyarakat untuk menghapuskan UN, Kememdikbud berkeyakinan tetap dibutuhkan sebab banyak hal yang berhasil dipetakan dari hasil UN terutama berkaitan dengan  kemampuan siswa,  mengukur kemampuan guru, kondisi sekolah dan lainnya," kata Nuh.Bahkan  dengan materi Ujian Nasional (UN)  rentang cakupan nilai yang diperoleh siswa juga  meluas. Kalau nilai sekolah terkonsentrasi rata-rata di angka 7-8, dengan UN bisa terdeteksi berapa siswa yang nilainya  di bawah 4. Sebaliknya banyak siswa yang bisa memperoleh nilai lebih dari 9 dari tiap mata pelajaran yang diuji," kata Nuh.Kepala Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir,mengatakan rendahnya nilai Bahasa Indonesia pada kelulusan siswa pada Ujian Nasional (UN) merupakan tanggung jawab bersama.Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BNSP) perlu melakukan kajian lebih jauh sebagai badan yang  bertanggung jawab pada penyediaan soal-soal UN. Mulai dari arah soal yang akan digunakan, uji coba soal, sampai akhirnya mumutuskan soal mana saja yang layak diujikan dalam UN."Maka itu perlu ada kajian mengapa banyak siswa yang nilai Bahasa Indonesianya rendah, ujar Muhajir. (arh)

 

 

CURRENT ISSUES:

SITE MAP:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Hilda Sabri Sulistyo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper