Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

 

NEWYORK: Harga minyak terperosok ke level terendah dalam hampir lima bulan di tengah spekulasi kemungkinan Yunani akan meninggalkan kawasan Eropa. Ditambah pernyataan Menteri Perminyakan Arab Saudi bahwa harga minyak masih akan terus merosot.

 

Harga minyak mentah berjangka turun sebanyak 2,6% setelah Yunani gagal menyepakati upaya kesatuan di kawasan Eropa. Spekulasi semakin nyata dengan tanggapan sejumlah pejabat Uni Eropa terkait kemungkinan Yunani keluar dari Eropa.

 

Sementara, Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al Naimi memperkirakan harga minyak mentah akan lebih rendah dari saat ini.

 

Seperti diketahui, Arab Saudi merupakan negara eksportir terbesar minyak mentah dunia. Negeri ini mengonsumsi sebanyak 10,1 juta barel per hari pada April 2012, atau sekitar 200.000 barel lebih banyak dari bulan sebelumnya.

 

Menurut data Organization of Petroleum Exporting Countries, jumlah ini termasuk yang tertinggi dalam tempo tiga dekade.

 

"Ada kehilangan kepercayaan dan situasi Eropa benar-benar membebani pasar. Arab Saudi tentu meningkatkan produksi dan itu bisa mendorong penurunan harga," ujar Phil Streible, pialang komoditas RJO Futures, seperti dikutip Bloomberg, Senin(14/5/2012).

 

Harga minyak mentah untuk pengiriman Juni menurun US$2,05 atau 2,1% menjadi US$94,08 per barel pada pukul 9.49 di New York Mercantile Exchange. Ini terjadi setelah harga turun ke level US$93,65, harga terendah untuk pengiriman bulan depan sejak 19 Desember 2011.

 

Harga Brent untuk penyelesaian bulan Juni anjlok US$1,61 atau 1,4% menjadi US$110,65 per barel di ICE Futures Europe Exchange.

 

Pertemuan yang diikuti oleh presiden Yunani Karolos Papoulias akan dilanjutkan pada Selasa (15/5/2012), setelah Syriza, Partai Anti bailout, menolak pemerintah menyatu dengan Uni Eropa. Yunani semakin dekat pada pemilihan baru, diiringi setidaknya lima bank sentral eropa yang memulai pembicaraan tabu tentang kemungkinan terpecah dari Eropa.

 

Masa Depan Eropa

Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble menyatakan negara anggota tidak bisa memaksa Yunani untuk tetap tinggal dan bergabung dengan Eropa. Meskipun Yunani menyumbangkan sekitar 2% terhadap pertumbuhan di Kawasan Eropa.

 

Keluarnya Yunani, menurut dia, akan memecah sistem moneter yang dirancang secara permanen dan bisa menyebabkan investor menarik dananya ke negara lain.(Lavinda/msb)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper