Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PESIAR: Keelokan desa di Shirakawago

Sinar matahari hampir tenggelam, ketika tiba di Shirakawago, Jepang, akhir November lalu. Udara dingin memaksa kami melilitkan syal di leher, menarik rapat-rapat kancing jaket dan sarung tangan. Tak ada bunga Sakura bermekaran. Gantinya, daun marple

Sinar matahari hampir tenggelam, ketika tiba di Shirakawago, Jepang, akhir November lalu. Udara dingin memaksa kami melilitkan syal di leher, menarik rapat-rapat kancing jaket dan sarung tangan. Tak ada bunga Sakura bermekaran. Gantinya, daun marple berguguran, pohon cypress (hinoki) berkilau keemasan.  Negeri Matahari Terbit seluas 377.944 km persegi ini tengah menjalani pergantian musim gugur ke musim dingin. Jepang selalu menyuguhkan keindahan yang menarik, unik dan memesona, pada ratusan sudut destinasi wisata, di setiap musim.  Shirakawago adalah satu di antaranya. Meninggalkan keramaian Tokyo yang metropolis, dengan penuh semangat kami mengunjungi desa bersejarah Shirakawago. Kali ini dalam rangkaian Media Trip Tokyo Motor Show 2011 atas undangan PT Toyota Astra Motor. Rasa lelah setelah menempuh 6 jam perjalanan darat terbayar lunas saat disuguhkan panorama memukau salah satu situs warisan dunia ini. Shirakawago terletak di lembah sungai Shokawa, perbatasan Prefektur Gifu dan Prefektur Toyama di Tokai-Hokuriku (Honshu). Bersama Desa Gokayama, Shirakawago telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Heritage pada 1995. Seolah memasuki lorong waktu dan terlempar di kehidupan masa lalu, ratusan tahun silam. Desa yang terhampar di daerah pegunungan ini memiliki riwayat panjang, yang terputus kontak dari dunia karena keterbatasan transportasi dan cuaca buruk. Populasinya lebih dari 2.000 jiwa (1.933 pada 2004) dengan kepadatan 5,4 orang per km persegi. Total luasnya adalah 356,55 km persegi. Sebuah jembatan gantung kokoh terbentang di atas sungai Shokawa dan menjadi akses kami menuju desa yang berisi rumah-rumah tradisional Jepang. Puncak pegunungan Ryohaku berselimut salju tampak nun di kejauhan di sebelah barat. Sebuah kuil Shinto berdiri tegar di depan gapura desa. Deretan rumah tradisional itu bergaya Gassho-zukuri, berdiri berdampingan dengan areal sawah. Wujud representasi warisan budaya dan kearifan lokal masyarakat dalam upaya mereka menyesuaikan dengan kondisi alam dan lingkungan sosial. Model rumah Gassho-zukuri (kontruksi tangan berdoa) memiliki ciri bentuk atap rumah yang miring, melambangkan tangan orang yang sedang berdoa, menciptakan lanskap yang selaras dengan alam. Rumah desa Shirakawago  beratap jerami tebal dan kekokohan konstruksi bangunan mampu melindungi penghuninya dari salju setebal 4 meter pada musim dingin. Atap ijuk rumah-rumah kayu ini harus diganti tiap 30 tahun sekali. Hidup dari budidaya pohon murbei dan ulat sutra, rumah desa Shirakawago terdiri dari 2-3 tingkat, di bawah atap yang sangat rendah. Pada lantai atas bangunan rumah itulah umumnya penduduk Shirakawago membudidayakan ulat sutra. Kebutuhan ruang tertutup yang besar untuk tempat tidur ulat dan penyimpanan daun murbei menjadi faktor penting dalam pengembangan rumah gaya Gassho. Daerahnya yang pegunungan menyebabkan produksi sawah tradisional tidak sepenuhnya berhasil di wilayah ini. Mengeksplorasi lebih jauh hunian gaya Gassho-zukuri, kami dipersilahkan masuk ke sebuah rumah wada (kepala desa). Lantai dan langit-langit terbuat dari kayu cemara, rumah wada menjadi kekayaan sejarah, sekaligus menyimpan sejumlah artefak historis Jepang pada awal periode Edo. Ini karena Shirakawago adalah bagian dari wilayah Klan Takayama (awal periode Edo), meski pada akhir abad 17 sampai Restorasi Meiji (1868) daerah ini berada di bawah kendali langsung dari Edo Bakufu (pemerintahan militer). Di rumah wada kami menemukan sepasang sepatu terbuat dari jerami, tungku pembakaran tradisional yang membuat langit-langit rumah menjadi hitam legam dan sejumlah peralatan makan kuno, serta budidaya ulat sutra di lantai dua bangunan. Dalam catatan UNESCO, desa bersejarah Shirakawago (termasuk di Gokayama) adalah contoh luar biasa dari pemukiman manusia tradisional yang sempurna, disesuaikan dengan lingkungan alam, sosial dan ekonomi, dan mampu melalui perubahan ekonomi yang mendalam di Jepang di masa lalu. Pesona arstitektur langka, kecantikan alam dan warisan budaya yang terus dijaga ini telah menjadi magnet bagi wisatawan untuk singgah ke Shirakawago. Di antara rumah-rumah Gassho-zukuri, terselip toko-toko tradisional yang menyediakan aneka cinderamata dan souvenir khas, termasuk sake Shirakawago yang sangat terkenal rasanya. Tidak hanya  rumah khas dan sake, Shirakawago pun juga dikenal sebagai daerah penghasil daging sapi Hida yang lembut dilidah dan manis. Kekhasan pemeliharaan sapi menjadi keistimewaan tersendiri bagi daerah ini. Rita, pemandu lokal berdarah Indonesia yang menjadi guide perjalanan kami menuturkan serat daging sapi Hida sangat halus dan rapi. Karena perawatannya yang spesial, wajar bila harga daging ini sekitar 4.500 yen atau Rp500.000 per 100 gram. ”Ini karena sapi tersebut diberi makanan spesial, minum sake, didengarkan musik klasik dan aromaterapi agar otot-otot sapi menjadi rileks. Peternaknya juga harus lebih sayang kepada sapi dibanding istri, karena sapi ini pencemburu,” tutur Rita. Penasaran dengan kisah sapi Hida yang pencemburu itu, kami mencoba untuk membuktikannya pada jamuan makan malam di Takayama Associa Hotel, satu jam perjalanan dari Shirakawago. Disajikan dengan dibakar diatas daun Hoba dan dibumbui kedelai, sake, garam dan gula merah, irisan daging Hida memang langsung lumer di mulut. Ah, meski disambut angin dingin 5-7 derajat celcius, Shirakawago dan daging sapi Hida membuat kami semakin terpesona pada Jepang.                                                                                               Puas belanja di Gotemba Mengunjungi Jepang selama 9 hari perjalanan, kami tak menyia-yiakan kesempatan untuk menikmati kemolekan destinasi wisata lainnya selain Shirakawago. Oshino Hakkai adalah sebuah desa kecil dengan delapan kolam yang airnya berasal dari lelehan salju dari lereng Gunung Fuji. Desa ini terletak di antara Danau Kawaguchiko dan Danau Yamanakako. Suhu udara minus 3 derajat ketika kami datang di Oshino Hakkai dan berbaur dengan puluhan wisatawan asal China yang juga mengunjungi lokasi ini. Air kolam-kolam tersebut sangat jernih karena salju mencair dari lereng Gunung Fuji yang tersaring turun dari gunung melalui lapisan berpori dan lava gunung lebih dari 80 tahun. Daerah ini telah berkembang menjadi tempat wisata eksotis dengan restoran dan toko-toko suvenir produk lokal, serta penjual makanan, sayuran, acar hingga permen wasabi. Setelah menyusuri lereng kaki Gunung Fuji hingga ketinggian lebih dari 2.000 kaki di bawah permukaan laut (stasiun 4), kami mengunjungi Gotemba. Gotemba Factory Outlet menjadi tujuan atraktif yang menawarkan diri sebagai surga belanja bagi pengunjungnya. Sebuah factory outlet (FO) dengan total luas 350.000 meter persegi berdiri di Gotemba dan menjadi fasilitas FO belanja terbesar di Jepang saat ini. Sekitar 200 toko  mulai dari desainer merek internasional papan atas hingga merek lokal hadir di Gotemba FO.  Beberapa gerai premium yang tersedia disini di antaranya Bally, Coach, Gucci, Armani, Burberry, Bvlgari, Anna Sui, Prada hingga Kate Spade. Harga barang-barang di wahana ini adalah 30%-40% dari harga normal (musim promosi). Lelah berbelanja, pengunjung dimanjakan oleh restoran dan kafe yang cukup nyaman, sembari menikmati indahnya panorama alam, termasuk kalau beruntung, melihat puncak Gunung Fuji yang  berselimut salju.(api) 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : manda

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper