Pernikahan merupakan peristiwa sakral yang menyatukan dua hati dalam satu ikatan. Tapi kenyataannya, pernikahan tak hanya menyatukan sepasang manusia, tapi juga merupakan penyatuan dua keluarga.
Dari pandangan ini lah, maka bisa dikatakan pernikahan antara Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan Siti Rubi Aliya Rajasa bukan merupakan pernikahan biasa, karena bagaimana pun, keduanya adalah merupakan putra putri petinggi politik dan penguasa partai.
Ayahanda Ibas merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga penguasa negeri ini, sedangkan ayah Aliya adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional.
Rencananya, puncak acara resepsi pernikahan akan dilangsungkan pada Sabtu Malam, 26 November 2011. Sebelum resepsi dilakukan ijab kabul (akad nikah) pada 24 November di Istana Cipanas. Sebelumnya lagi, baik di Cikeas maupun di rumah Fatmawati digelar acara pengajian pada Selasa 22 November 2011 pukul pukul 10.00 WIB.
Selain menggabungkan dua kekuatan politik besar, pernikahan itu juga merupakan perpaduan antara adat Jawa dan Palembang sesuai dengan asal keluarga kedua calon mempelai. Pada saat akad akan dilangsungkan menggunakan adat Palembang, sedangkan resepsi dan prosepsi pernikahan akan digelar memakai adat Jawa.
Tak pelak, berbagai macam pandangan muncul seputar pernikahan putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Putri Menko Perekonomian Hatta Rajasa tersebut.
Banyak pihak menilai pernikahan itu merupakan perkawinan politik antara Partai Demokrat dengan Partai Amanat Nasional, meski SBY dengan tegas menampik hal itu dan mengatakan bahwa Aliya memang merupakan pilihan anaknya.
Tak kurang para petinggi kedua partai juga menyampaikan bahwa pernikahan tersebut bukanlah perkawinan dua partai, tetapi merupakan koalisi cinta. Namun pada umumnya mereka juga mengakui kalau pernikahan yang berlatarbelakang cinta itu pun bisa berekses pada politik.
Akan terasa wajar juga apabila pernikahan kedua sejoli tersebut dikaitkan dengan konstelasi Pilpres 2014. Bahkan bisa juga diperkirakan kalau calon presiden dari Partai Demokrat pada Pilpres 2014 adalah Hatta Rajasa.
Meski hal itu juga belum bisa dipatikan, termasuk spekulasi apakah PAN pada akhirnya menjadi underbow Partai Demokrat.
Namun selain perkiraan memperbesar peluang Hatta untuk maju menjadi capres, pernikahan Ibas-Aliya juga bisa malah merugikan Hatta secara politis, terutama di internal PAN. Mengingat dunia politik sangat dinamis, dan sampai-sampai ada ungkapan tidak ada kawan yang abadi di politik, hanya ada kepentingan yang abadi.
Bila pandangan pertama yang lebih kuat, yaitu pandangan positif dari para petinggi dan kader PAN, maka dari sisi politis posisi Hatta bisa saja makin kuat. Namun, apabila hal kedua yang terjadi, yaitu banyaknya kader PAN yang bepandangan sumir, maka bisa saja malah memaksa Hatta berganti gerbong dan berpindah ke Demokrat. Semua masih mungkin terjadi.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua meminta agar pernikahan Edhie Bakskoro Yudhoyono dengan Siti Ruby Aliya Radjasa tidak tidak dikaitkan dengan politik. “Pernikahan Ibas dan Alya adalah pertemuan dua hati yang saling mencintai, bukan persoalan politik,” kata Max.
Menurut dia, kalau ada yang beranggapan dengan berlangsungnya pernikana antara Edhie Baskoro Yudhoyono dan Siti Ruby Aliya Radjasa, akan mendekatkan PAN dengan Partai Demokrat, hal itu adalah anggapan keliru.
Partai Demokrat memiliki struktur pengurus sendiri serta PAN juga memiliki struktur pengurus sendiri, serta masing-masing partai memiliki visi, misi, dan program sendiri-sendiri meskipun sama-sama anggota koalisi. “Meskipun, Ibas dan Alya menikah, hubungan Partai Demokrat dan PAN tetap seperti sebelumnya,” katanya.
Terlepas dari semua itu, koalisi hati yang berdasarkan cinta memang akan lebih langgeng dibandingkan koalisi politis yang hanya sesaat dan akan berubah tergantung kemana arah angin berembus. Selamat kepada Ibas dan Aliya! (api)