Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ugrasena tiap hari bersepeda dari rumah ke kampus UI

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable{mso-style-name:"Table Normal";mso-tstyle-rowband-size:0;mso-tstyle-colband-size:0;mso-style-noshow:yes;mso-style-priority:99;mso-style-qformat:yes;mso-style-parent:"";mso-padding-alt:0in

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable{mso-style-name:"Table Normal";mso-tstyle-rowband-size:0;mso-tstyle-colband-size:0;mso-style-noshow:yes;mso-style-priority:99;mso-style-qformat:yes;mso-style-parent:"";mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;mso-para-margin:0in;mso-para-margin-bottom:.0001pt;mso-pagination:widow-orphan;font-size:11.0pt;font-family:"Calibri","sans-serif";mso-ascii-font-family:Calibri;mso-ascii-theme-font:minor-latin;mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-fareast-theme-font:minor-fareast;mso-hansi-font-family:Calibri;mso-hansi-theme-font:minor-latin;mso-bidi-font-family:"Times New Roman";mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Oleh Herry Suhendra

Bagi R.P Ugrasena Pranidhana, sepeda adalah bagian dari kehidupannya. Sejak kecil dia gemar bermain sepeda. Waktu kecil masih duduk di SMP main bersepeda untuk kesenangan, begitu juga sewaktu di SMA menunggangg sepeda merek Phoenix buatan China di kawasan Cipete, kata Ugrasena yang dipanggil Uki.

Setelah lulus dari Fakultas Hukum UI, Uki melanjutkan pasca sarjana di Leiden, Belanda pada 1987-1990.Saat di Belanda saya habis-habisan bersepeda, kata Uki sambil tertawa. Di Leiden dia menunggang sepeda merek Peugeot buatan Prancis. Mau tahu darimana saya dapat sepeda itu?tanya Uki. Saya ambil dari jalan.Saya lewat tiap hari tidak ada yang mengambil, ban depannya tidak ada.Selama beberapa minggu saya perhatikan tidak ada yang ambil, sepeda itu sudah karatan. Saya tanya orang di sekitar tidak ada yang punya, akhirnya saya bawa kemudian saya dandanin, kata Uki mengenang masa itu.

Dia pun mendapatkan ban sepeda dari pasar loak dengan harga waktu itu hanya 5 gulden. Di Leiden, Uki dikenal sebagai juragan sepeda. Hampir semua orang Indonesia yang sekolah di sana, bila ada kerusakan sepedanya saya yang perbaiki, seperti rantai rusak, bongkar pasang. Saya mengerjakannya malam, walau dingin dengan banyak bergerak jadi enak, setelah megerjakan tugas sekolah, kata Uki yang sekarang menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat Rumah Tangga & Tata Usaha Universitas Indonesia.

Ugrasena sejak beberapa tahun setiap hari naik sepeda ke kampus UI dari rumahnya di Depok II, dengan jarak sekitar 6-7 km, pulang pergi 12-14 km. Naik sepeda jauh lebih pendek jaraknya dibandingkan menggunakan mobil yang sekali jalan 12 km karena memutar dan pergi- pulang 24 km. Naik sepeda bisa potong jalan hanya 14 km pp, waktunya bisa lebih cepat naik sepeda hanya 20 menit rata-rata untuk 6-7 km.

Urusan sepeda mengalir dari eyangnya Panji Suroso yang menjadi Kepala Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPN) pada tahun 1970-an. Waktu itu IKPN mendirikan pabrik sepeda di Jawa Timur dengan merek Turangga.Sayang sekarang pabrik itu tutup, padahal menjadi kebanggaan.

Sekarang dia masih punya satu sepeda merek Turangga, tapi sepeda statis. Sepeda jengki dengan menyesal ditukar sepeda baru pada akhir tahun 1977 untuk adiknya. Memasuki masa kuliah di UI Rawamangun, tak mungkin bersepeda dari tempat tinggalnya di Cipete. Tapi dia tetap bersepeda di rumah dan sekitarnya.

Sekarang Uki punya 10 sepeda termasuk dari ayahnya bermerek Gazelle buatan Belanda.Sepeda lainnya bermerek Federal Indonesia, Dahon buatan Taiwan (sepeda lipat), beberapa sepeda buatan China, Strida buatan Inggris, Polygon.

Sekarang saya punya banyak sepeda lipat karena lebih praktis. Lebih bisa wira-wiri kemana-mana, kata Uki. Sepeda yang mana yang lebih enak? Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Sekarang saya banyak menggunakan Dahon karena kepraktisan dan ringan, nyaman. Sepeda Onthel kokoh (Gazella), walau umurnya lebih dari 50 tahun, kuat mengangkat 100-200 kg, sepeda lipat maksimum 100 kg.

Dengan kegeramarannya bersepeda, Uki membentuk komunitas namanya Vouwfietsers van Depok-VVD (Pesepeda Lipat Depok), dengan jumlah anggotanya kini lebih dari 100 orang. Pertemuannya kelompok ini tidak rutin, suka-suka karena sebagain kerja,dan terbuka untuk siapa saja, untuk pemilik sepeda lipat dari daerah mana saja, kata Uki yang menjadi Ketua VVD.

Untuk kegemarannya itu, Uki membeli sepeda lipat mulai Rp 700.000-Rp 9 juta. Uki sempat berhenti 10 tahun bersepeda (1996-2006) .Suatu saat dia mencoba sepeda lipat dan bisa bersepeda lagi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Inria Zulfikar
Editor : Mursito

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper