Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China diprediksi krisis setelah 2016

WASHINGTON: China diproyeksikan akan mengalami krisis keuangan pada 5 tahun mendatang jika kondisi percepatan pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang berlangsung terus berlanjut.

WASHINGTON: China diproyeksikan akan mengalami krisis keuangan pada 5 tahun mendatang jika kondisi percepatan pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang berlangsung terus berlanjut.

Proyeksi ini merupakan hasil survesi terhadap investor global. Lebih dari 40% responden dari total responden yang mencapai 1.000 orang mengatakan China akan mengalami krisis setelah 2016. Responden berasal dari kalangan investor, pedagang, dan analis. Dari total peserta survei hanya 7% yang meyakini China dapat keluar dari ancaman krisis keuangan. Tidak ada keraguan bahwa China sedang menghadapi ujian tengah semester atas spekulasi yang menyebabkan penggelembungan nilai kredit. Kondisi ini sulit dihadapi," ujar Stanislav Panis, Currency Strategist TRIM Broker, di Bratislava, Slovakia.Panis merupakan salah satu responden untuk jajak pendapatan bertajuk Bloomberg Global Poll yang berlangsung selama 21-24 Januari 2011. Panis menyebutkan kejatuhan sektor keuangan China akan sama dengan kebangkrutan kredit kepemilikan rumah murah di Amerika Serikat.

Januari, Biro Statistik National China melaporkan pertumbuhan ekonomi pada 2010 mencapai 10,3% (year-on-year), laju tercepat sejak 3 tahun terakhir, sedangkan pertumbuhan pada 2009, mencapai 9,2%. Produk domestik bruto (PDB) China naik menjadi US$6 triliun (39,8 triliun yuan) Setiap kekacuan keuangan di China akan memengaruhi perekonomian dunia. Total nilai ekspor dan impor negara itu pada tahun lalu mencapai US$3 triliun, di mana sebanyak 13% merupakan perdagangan antara China dan Amerika Serikat. Sampai November, China juga menjadi pemilik US$896 miliar surat utang pemerintah AS. Pemerintah Presiden Hu Jintao melakukan kunjungan ke Gedung Putih pada pekan lalu untuk bertemu dengan Presiden Barack Obama membahas hubungan perdagangan antara AS dan China di bawah. (esu)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Mursito

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper