Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Nasib Wartawan Jamal Khashoggi, Beranikah Trump Hukum Arab Saudi?

Gambaran itu bisa jadi cocok dengan apa yang mungkin dilakukan Presiden AS Donald Trump terkait kabar hilangnya wartawan asal Saudi Jamal Khashoggi.
Sejumlah aktivis HAM memegang foto jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi dalam unjuk rasa di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Istanbul, Turki, Selasa (9/10)./Reuters-Osman Orsal
Sejumlah aktivis HAM memegang foto jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi dalam unjuk rasa di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Istanbul, Turki, Selasa (9/10)./Reuters-Osman Orsal

Bisnis.com, JAKARTA - Apa yang bakal Anda lakukan jika mitra penting melakukan tindakan yang dinilai salah menurut banyak orang?

Kecenderungan yang paling manusiawi adalah mencoba untuk memahami apa yang terjadi, dan kalau perlu memaafkan.

Gambaran itu bisa jadi cocok dengan apa yang mungkin dilakukan Presiden AS Donald Trump terkait kabar hilangnya wartawan asal Saudi Jamal Khashoggi.

Setelah kabar Jamal Khashoggi mendunia, Trump akhirnya angkat bicara. Namun, ia terkesan tidak ingin me,buat mitra pentingnya di Timur Tengah itu terganggu oleh kasus hilangnya Jamal Khashoggi, 59 tahun.

Jamal diperkirakan hilang  di kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Istambul Turki.

Sabtu (13/10/2018) Trump mengatakan dirinya tidak akan menjatuhi hukuman kepada Riyadh jika negara itu terlibat dalam dugaan pembunuhan Khashoggi.

Dikutip dari Reuters, Minggu (14/10/2018), Amerika Serikat dan Arab Saudi memiliki kedekatan hubungan bilateral.

Saat ini Washington telah mendapat tekanan internasional dan domestik untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Khashoggi.

Dugaan yang berkembang wartawan itu telah dibunuh di dalam kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Istanbul dan jasadnya sudah dibuang dari tempat itu.

Di antara hukuman yang kemungkinan bisa dijatuhkan Amerika Serikat ke Arab Saudi adalah menangguhkan penjualan perlengkapan militer dari Amerika Serikat ke Arab Saudi.

Riyadh saat ini sedang terlibat dalam koalisi serangan ke Yaman. Anggota Senat dari Partai Republik dan Partai Demokrat menuntut agar Washington menjatuhkan sanksi yang lebih tegas kepada Riyadh.

Di bawah undang-undang Amerika Serikat, penjualan perlengkapan militer hanya bisa diblokade lewat Kongres.

Sebuah peninjauan informal bisa dilakukan yang berupa penundaan transaksi, namun ini hanya bisa dilakukan jika muncul kekhawatiran, seperti senjata yang digunakan dipakai untuk membunuh warga sipil.

Trump pada Sabtu (13/10/2018) mengatakan pemerintahannya telah memenangkan tender militer senilai US$ 110 miliar atau Rp 1,6 triliun dari Riyadh.

Kesepakatan itu diikuti dengan komitmen Arab Saudi berinvestasi di Amerika Serikat. Investasi Saudi di AS tersebut berpeluang membuka ratusan ribu lapangan kerja.

"Jika Arab Saudi tidak membeli senjata dari kita, maka mereka akan beralih ke Rusia atau China. Pikirkan kita memiliki kontrak order senilai US$ 110 miliar. Mereka bisa saja memberikan kontrak ini ke negara lain dan jika hal ini terjadi saya rasa itu akan menjadi tindakan bodoh," kata Trump.

Khashoggi dinyatakan hilang sejak 2 Oktober 2018 ketika dia tak pernah keluar lagi dari kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Istambul, Turki.

Wartawan kenamaan asal Arab Saudi itu mendatangi kantor tersebut untuk mendaftarkan penikahannya yang keempat dengan seorang perempuan warga negara Turki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : JIBI
Editor : Saeno
Sumber : TEMPO.CO
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper