Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dambaan Perhotelan dan Restoran di Jawa Tengah

Bagi industri hotel dan restoran menghemat penggunaan listrik dan bahan bakar merupakan salah satu cara agar bisa bersaing. Hingga saat ini, biaya yang dibayarkan untuk energi baik listrik maupun bahan bakar gas menjadi salah satu penyumbang beban pokok terbesar. Komponen ini menggerus 16% omset.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, SEMARANG -- Besarnya biaya untuk membayar listrik dan energi menjadi salah satu beban yang diperhitungkan pelaku industri perhotelan dan restoran. Butuh energi murah untuk bisa menekan harga dan menjangkau pasar lebih luas.

Lina, 32 tahun, menghela napas panjang saat akhirnya tiba di lantai tiga salah satu hotel di bilangan Gatot Subroto, Semarang. Pasalnya, untuk sampai ke lantai tiga itu ia harus menaiki anak tangga. Atas alasan penghematan energi, pihak hotel memang meniadakan penggunaan lift.

"Petugas bilang pihak hotel memang melakukan penghematan biaya operasional. Tapi bagi pelanggan lumayan bikin pegal. Apalagi saya harus menggendong anak sampai ke langai tiga," ujar Lina, Senin (4/12/2017).

Bagi industri hotel dan restoran menghemat penggunaan listrik dan bahan bakar merupakan salah satu cara agar bisa bersaing. Hingga saat ini, biaya yang dibayarkan untuk energi baik listrik maupun bahan bakar gas menjadi salah satu penyumbang beban pokok terbesar.

Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Tengah Bambang Mintosih mengatakan secara umum biaya untuk energi menguras 12%-16% dari omset yang diterima oleh anggotanya. Karena itu, industri harus putar otak untuk mendapatkan beban biaya serendah mungkin.

“Menaikan harga kamar itu susah. Pasti pelanggan -- seperti hasil analisa-- alasan pertama adalah cari harga murah,” kata Bambang di Semarang, akhir pekan lalu.

Meski begitu kata Bambang, penghematan energi yang dilakukan belum bisa menjadi solusi andalan. Ia berharap produsen energi juga melakukan inovasi sehingga tarif yang ada tidak naik. Bahkan, bila memungkinkan harga tarif kamar bisa terus diturunkan.

Agar efisiensi berjalan maksimal, Bambang berharap perubahan terjadi pada PT Perusahaan Listrik Negara untuk sumber Listrik hingga distributor gas untuk biaya bahan bakar. Keberhasilan perusahaan sumber energi itu mengelola biaya pokok penyediaan serendah mungkin otomatis akan meningkatkan daya kompetitif perusahaan perhotelan dan restoran.

“Kalau mereka tidak efisien dan kami tidak bisa menaikan penghasilan [dengan menaikan biaya kamar], maka penghematan harus di kedepankan,” katanya.

Sedangkan dari internal perhimpunan menurut Heri, upaya salah satu upaya penghematan dilakukan dengan menggunakan gas bumi untuk pengganti LNG. Penggantian ini bisa memangkas operasional disamping efisiensi dalam pemanfaatan energi listrik.

Pengoptimalan pemakaian gas bumi untuk kebutuhan industri dan rumah tangga saat ini juga menjadi perhatian pemerintah setempat. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah Teguh Dwi Paryono mengatakan Jawa Tengah memiliki cukup banyak potensi gas alam. Akan tetapi belum termanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan daya saing wilayah ini.

Saat ini terdapat 12 wilayah kerja Migas di Jawa Tengah. Dari area kerja ini, gas alam yang diperoleh sebagian besar dimanfaatkan sebagai energi bagi pembangkit listrik PLN melalui anak usahanya Indonesia Power. Selain itu juga sejumlah sumur gas dangkal yang dapat dimanfaatkan bagi konsumen rumah tangga dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

“Jika memanfaatkan gas alam maka biaya energi dapat dipangkas hingga separonya. Itu efisiensi yang besar sekali,” kata Teguh.

Lebih jauh Teguh menyatakan tantangan utama optimalisasi pemanfaatan gas alam adalah jaringan pipa dan kepastian pembeli. Pasalnya investasi untuk membangun jaringan cukup mahal dan akan merugikan jika tidak ada kepastian pembeli.

“Gas alam dapat digunakan mulai dari transportasi, industri hingga rumah tangga,” katanya.

Mengenai ketersediaan jaringan gas ini, sales Area Head PGN Semarang, Heri Frastiono mengatakan pihaknya siap memperluas jangkauan gas alam ke seluruh Jawa Tengah. Perluasan ini dapat diberikan kepada kawasan industri, rumah tangga hingga perusahaan energi untuk pembangkit listrik.

Heri mengatakan saat ini pihaknya telah memiliki pelanggan tetap di Kawasan Industri Wijaya Kusuma Semarang. Selain itu pihaknya menjadi pelaksana penugasan negara dalam penyambungan gas alam ke rumah warga.

“Kami juga dapat melayani pelanggan non pipa melalui gas alam di dalam tabung atau compress natural gas (CNG),” katanya.

Meski telah memperluas jangkauan, dia mengatakan kendala utama lompatan besar perluasan penggan adalah keterbatasan alokasi dari sumur. Padahal pelanggan memubutuhkan kepastian.

Saat ini, secara nasional, perusahaan telah melayani energi bagi 170.094 rumah tangga. Perusahaan juga melayani kebutuhan energi bagi 1928 pelaku usaha baik kecil, menengah hingga usaha besar seperti PLN.

Untuk menopang kepastian aliran gas bagi pelanggan ini, PGN telah merampungkan pembangunan pipa gas sepanjang 7.270 kilometer. Selain itu perusahaan juga mengoperasikan 10 stasiun bahan bakar gas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper